Punya Anak Sensitif dan Mudah Menangis? Begini Tips Menghadapinya

JAKARTA - Menghadapi anak yang mudah menangis memang tidak mudah. Anak-anak terutama di bawah usia 3 tahun memang masih sering menangis. Hal ini memang wajar. Menangis masih menjadi cara komunikasi mereka lantaran bahasanya yang masih terbatas. 

“Namun, pada anak sensitif, mereka akan cenderung merasakan tiap emosi dengan sangat intens,” ujar Amy Morin, psikoterapis dari Norteasthern University Boston, melansir Parenting, Kamis, 18 Agustus.

Ia menjelaskan bahwa anak yang sensitif cenderung menjadi terlalu bersemangat, ekstra marah, dan sangat takut. Interaksi mereka dengan orang lain juga akan bermasalah. Terlebih ketika anak-anak lain mulai menyebut mereka sebagai 'anak yang banyak menangis' atau 'anak yang mudah marah'.

Morin menambahkan bahwa beberapa anak sensitif tidak hanya sensitif secara emosional, tetapi mereka juga sensitif terhadap hal-hal fisik apa pun yang memicu perasaan mereka. Suara keras, keramaian, suasana yang hiruk-pikuk dapat membuat mereka bingung. Mereka perlu berjuang keras untuk beradaptasi pada hal baru. Dan Bagi Anda yang memiliki anak sensitif, begini cara menghadapinya.

Jangan Menyuruh Berhenti Menangis

Michele Borba, Ed.D., dalam bukunya The Big Book of Parenting Solutions mengatakan bahwa menyuruh anak berhenti menangis justru akan memicu lebih banyak tangisan lagi.

Hadapi dengan Tenang

Borba juga mengatakan bahwa anak yang sensitif sangat pandai membaca emosi orang tua. Apabila Anda tegang, maka ia akan semakin menjadi-jadi. Menghadapi anak yang menangis atau marah memang menjengkelkan untuk orang tua, tapi cobalah untuk tenang

Jangan memanggilnya dengan sebutan negatif

Sebutan cengeng, penakut, atau pemalu mungkin bisa jadi terlontar saat menghadapi anak yang sensitif. Sebutan-sebutan tersebut justru akan membuatnya membatalkan diri untuk menyelesaikan masalahnya dan membuatnya berhenti berusaha menyampaikan apa yang ia maksud.

Jangan berusaha mengubah temperamen anak

“Ada anak yang memang secara alami sensitif,” ujar Morin. Alih-alih berupaya mengubah temperamennya, orang tua sebaiknya menerima sensitivitas anaknya tersebut.

Beri penjelasan dan datang ke lokasi tujuan lebih awal

Orissa Anggita, psikolog Rumah Dandelion menyarankan orang tua yang memiliki anak dengan temperamen yang sensitif untuk rajin-rajin memberikan penjelasan kepada anak mereka apabila ingin mengajak ke suatu tempat. Ceritakan kepada mereka ada apa saja di sana dan siapa yang akan mereka temui. Bila perlu, tunjukkan foto. Hal ini akan membantunya membayangkan dan mempersiapkan diri.

Selain itu, datanglah lebih awal agar Anda dan anak punya waktu untuk melihat-lihat dan membiasakan diri di lokasi tersebut.

Memberikan waktu tenang

Morin merekomendasikan memberikan waktu bagi anak untuk melakukan aktivitas yang menenangkan mereka, seperti mendengarkan musik atau menggambar. Hal ini bisa membantu meredakan emosi mereka yang meledak-ledak.

Konsisten dan Tegas

Anda juga harus tetap konsisten dan tegas pada si sensitif yang mudah menangis atau marah. Seringkali orang tua mengurungkan niatnya untuk tegas pada anak karena tidak tega melihat anak mereka menangis. Menangis jadi jurus agar mereka terbebas dari dimarahi dan dihukum. Tetap tunjukkan batasan pada mereka.

Dorong mereka berkomunikasi dengan jelas

Tunjukkan kepada mereka bagaimana menyampaikan maksud mereka dengan jelas. Katakan padanya, “Mama atau Papa tidak paham maksud kamu kalau hanya menangis. Coba katakan apa yang kamu inginkan.” 

Apresiasi tiap usahanya

Berikan apresiasi apabila anak anda sudah mampu membuat kemajuan. Hal ini akan membuatnya bersemangat untuk melakukan kemajuan-kemajuan lain.