Bagikan:

YOGYAKARTA – Sebagai orang tua Anda harus tahu mengapa bayi sangat sensitif terhadap suara. Pengetahuan tersebut penting untuk diketahui sebagai bekal parenting. Lalu apakah kondisi itu wajar terjadi pada bayi?

Mengapa Bayi Sangat Sensitif Terhadap Suara

Bayi sangat mungkin menangis setelah mendengar suara yang mengagetkan. Tidak hanya menangis, mereka bisa juga merespon suara yang didengar dengan respon lain seperti menjulurkan tangan dan kaki.

Dikutip dari situs healthline, refleks yang terjadi pada bayi berupa menangis dan meringkuk karena ia kaget mendengar suara adalah normal khususnya di bulan-bulan awal setelah kelahiran. Respon kaget yang tak sengaja itu disebut dengan refleks Moro.

Refleks Moro pada bayi sudah ada sejak ia lahir dan biasanya disebabkan oleh suara berisik atau suara yang keras di sekitar. Refleks tersebut bisa muncul begitu saja tanpa ada rangsangan dan akan hilang ketika bayi memasuki usia 6 bulan.

Selain itu kondisi sensitif suara juga disebabkan lantaran sistem pendengaran bayi masih di tahap berkembang. Bahkan secara normal bayi juga bisa terganggu dengan suara yang lebih tinggi dibanding orang dewasa.

Meski normal, refleks Moro pada bayi menyebabkan beberapa kondisi yakni sebagai berikut.

  • Bayi sering menangis
  • Sering terbangun saat tidur
  • Jam tidur bayi jadi kurang

Untuk mengatasi hal tersebut orang tua harus meminimalisir kebisingan yang terjadi di sekitar bayi. Saat bayi tertidur usahakan ditempatkan di kamar khusus. Tidak disarankan untuk menidurkan bayi di ruangan terbuka atau di tempat yang dekat dengan sumber suara bising.  

Akan tetapi orang tua juga harus tahu bahwa kondisi sensitivitas suara pada anak-anak juga bisa dikarenakan gangguan yang dalam istilah medis disebut dengan hiperakusis.

Hiperakusis sendiri adalah sebuah gangguan pendengaran. Penderita hiperakusis memiliki kepekaan dan tingkat kesensitifan yang tinggi pada suara di sekitar. Anak-anak yang sensitif pada suara hiperakusis akan merasakan sakit dan rasa tidak nyaman di telinga mereka. Suara yang mengganggu bisa berupa suara kipas angin, air mengalir dari keran, lipatan kertas, dan masih banyak lagi.

Gangguan pendengaran hiperakusis jarang terjadi, namun kasus ini banyak dialami oleh anak-anak. Dikutip dari situs Bosto Childrens Hospital, hyperacusis kerap dialami oleh anak-anak usia prasekolah. Namun gejalanya bisa hilang sendiri menyusul usia yang makin matang.

Di beberapa kasus, hiperakusis anak terjadi karena adanya masalah para perkemgangan saraf mereka. Masalah itu bisa terus berlanjut jika tak ditangani dengan baik. Untuk memastikan kondisi kesehatan pendengaran bayi dan anak-anak disarankan kepada orang tua untuk memeriksakan kondisinya ke dokter.

Dokter akan memberikan saran, langkah pencegahan, hingga pengobatan untuk menghindari masalah pendengaran bayi dan anak-anak.

Itulah informasi terkait mengapa bayi sangat sensitif terhadap suara. Kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.