Pasukan Rusia Gempur Beberapa Kota di Wilayah Donetsk dan Selatan Ukraina dengan Penembakan Berat

JAKARTA - Pasukan Ukraina melaporkan penembakan berat Rusia dan upaya untuk maju ke beberapa kota di wilayah timur Donetsk, yang telah menjadi fokus utama perang hampir enam bulan, kendati mengatakan juga menangkis banyak serangan.

Staf Umum angkatan bersenjata Ukraina juga melaporkan penembakan Rusia terhadap lebih dari selusin kota di front selatan, khususnya wilayah Kherson, yang sebagian besar dikendalikan oleh pasukan Rusia, meski pasukan Ukraina terus merebut wilayah.

Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, Ukraina telah berkali-kali mengusulkan format yang berbeda kepada kepemimpinan Rusia untuk pembicaraan damai, tanpa kemajuan.

"Jadi kita harus membela diri, kita harus menjawab setiap bentuk teror, setiap kejadian penembakan-penembakan sengit yang tidak berhenti selama satu hari," katanya dalam pidato video pada Minggu malam, melansir Reuters 15 Agustus.

Kyiv telah mengatakan, selama berminggu-minggu mereka merencanakan serangan balasan untuk merebut kembali Zaporizhzhia dan provinsi tetangga Kherson, bagian terbesar dari wilayah yang direbut Rusia setelah invasi 24 Februari dan masih bertahan.

Komando militer Ukraina mengatakan Minggu pagi, tentara Rusia terus gagal menyerang posisi Ukraina di dekat Avdiivka, yang sejak 2014, telah menjadi salah satu pos terdepan pasukan Ukraina di dekat Donetsk.

Sementara itu, pakar militer Ukraina Oleg Zhdanov mengatakan situasinya sangat sulit di Avdiivka dan kota-kota terdekat, seperti Pisky.

"Kami memiliki kekuatan artileri yang tidak mencukupi, dan pasukan kami meminta lebih banyak dukungan untuk membela Pisky," sebutnya dalam sebuah video yang diunggah online.

"Tapi kota ini pada dasarnya berada di bawah kendali Ukraina," tandasnya.

Di wilayah tetangga yang diduduki Rusia, Lugansk, di tanah di bawah blok apartemen hangus yang ditinggalkan, Lilia Ai-Talatini (48), menyaksikan saat tubuh ibunya digali dari kuburan darurat untuk dibawa ke pemakaman guna penguburan yang layak.

Ai-Talatini mengatakan, dia membutuhkan waktu 10 hari untuk mencapai apartemen orang tuanya, yang berada di sisi kota Rubizhne yang dikuasai Rusia, selama pertempuran sengit di sana pada Bulan Maret.

"Ibu sudah sekarat, tangannya membiru, kulitnya pucat, ada lingkaran di bawah matanya. Keesokan harinya ibu meninggal," paparnya lirih.

Seorang pejabat Republik Rakyat Lugansk, negara bagian yang didirikan oleh separatis pro-Moskow, mengatakan sebuah tim telah bekerja di Rubizhne selama 10 hari dan menggali 104 jenazah.

"Jelas bahwa luka pecahan peluru mendominasi, tetapi ada juga luka tembak," terang Anna Soroka, memperkirakan ada 500 kuburan tidak resmi di kota itu. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi akun medan perang.