Kutuk Ancaman Kekerasan oleh Pendukung Donald Trump, Direktur FBI: Sangat Menyedihkan dan Berbahaya
JAKARTA - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat mengecam para pendukung Donald Trump yang menebar ancaman di media sosial, setelah aparat penegak hukum menggerebek kediaman mantan presiden tersebut di Mar-a-Lago, Florida, Hari Senin.
Pendukung Trump mengunggah pernyataan mengancam di Gab, situs media sosial yang populer di kalangan sayap kanan. Seseorang bernama Stephen menulis di situs tersebut, dia sedang menunggu 'panggilan' untuk melakukan revolusi bersenjata.
"Yang dibutuhkan hanyalah satu panggilan. Dan jutaan (orang) akan mempersenjatai dan mengambil kembali negara ini. Ini akan berakhir dalam waktu kurang dari 2 minggu," bunyi unggahan itu, melansir The National News 11 Agustus.
Berbicara pada konferensi pers pada Hari Rabu, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan, dia "selalu khawatir tentang ancaman dan kekerasan terhadap penegakan hukum".
"Setiap ancaman yang dibuat terhadap penegak hukum, termasuk pria dan wanita FBI, seperti halnya lembaga penegak hukum lainnya, sangat menyedihkan dan berbahaya," jelasnya, menanggapi pertanyaan wartawan tentang komentar di media sosial.
Penggerebekan FBI di Mar-a-Lago difokuskan pada setidaknya 10 kotak dokumen yang hilang dari Gedung Putih, yang menurut Arsip Nasional AS telah diambil dengan melanggar undang-undang yang mengatur catatan kepresidenan.
Baca juga:
- Gambar Satelit Tunjukkan Pangkalan Udara Rusia di Krimea Rusak Parah, Delapan Pesawat Hancur: Karena Kebakaran atau Serangan?
- Otoritas Kota di Palestina Ini Ubah Salah Satu Nama Jalannya Menjadi Shireen Abu Akleh, Jurnalis yang Tewas dalam Penyerangan Israel
- Polisi Inggris Tangkap Pria yang Diduga Anggota Terakhir Sel ISIS 'The Beatles' di Bandara London
- Ukraina Tuding Rusia Gunakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk Lancarkan Serangan Roket Mematikan
Sehari setelahnya, politisi Partai Republik yang juga sekutu dekat Trump, Scott Perry mengatakan telepon selulernya sempat disita oleh FBI, kendati belakangan dikembalikan setelah didokumentasikan, tanpa mengakses informasi di dalamnya.
Perry sebelumnya telah memberikan kesaksian terkait kerusuhan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021. Investigasi atas peristiwa yang menewaskan lima orang tersebut diketahui masih berlangsung.