Kapal Perang dan Pesawat AS Dipindahkan ke Dekat Taiwan, Sinyal Ketua DPR AS Nancy Pelosi Tetap Berkunjung Meski Diperingati China?
JAKARTA - Militer Amerika Serikat memindahkan aset, termasuk kapal induk dan pesawat besar, lebih dekat ke Taiwan menjelang kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi kendati belum dikonfirmasi.
Militer awalnya menentang kunjungan politisi Partai Demokrat tersebut, tetapi sekarang tampaknya menciptakan zona penyangga untuk pesawat Pelosi, jika dia memutuskan untuk merealisasikan kunjungan tersebut.
Tetapi, dengan China yang menyatakan bahwa mereka "tidak akan pernah tinggal diam" jika dia mengunjungi pulau itu, ketegangan di Asia Timur dengan cepat meningkat.
In kemungkinan bertentangan dengan keinginan kedua pemimpin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, serta Presiden China Xi Jinping. Seorang reporter TVBS jaringan lokal mentweet, Pelosi diperkirakan tiba di Taiwan pada Selasa malam.
Diketahui, Pelosi dan delegasi kongresnya mendarat di Singapura sebelum fajar pada Hari Senin, menurut situs pelacakan penerbangan yang mengikuti pesawat militer C-40C yang digunakan meninggalkan Washington.
Kementerian luar negeri Singapura mengeluarkan pernyataan pada Senin sore yang mengatakan, delegasi bertemu dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong dan pejabat tinggi lainnya.
Dikatakan PM Lee menyambut baik komitmen delegasi untuk "keterlibatan kuat AS" di kawasan itu dan bahwa mereka "juga bertukar pandangan tentang perkembangan internasional dan regional utama, termasuk perang di Ukraina, hubungan lintas selat, dan perubahan iklim."
"PM Lee menyoroti pentingnya hubungan AS-China yang stabil untuk perdamaian dan keamanan regional," kata pernyataan itu, melansir Nikkei Asia 1 Agustus.
Diketahui, aset angkatan laut AS di kawasan itu termasuk kapal induk USS Ronald Reagan (CVN-76), yang telah kembali ke Laut Cina Selatan setelah melakukan kunjungan pelabuhan ke Singapura pekan lalu, kapal serbu amfibi USS Tripoli (LHA-7), yang berada di dekat Okinawa dan kapal serbu amfibi USS Amerika (CV-66) yang diteruskan ke Sasebo, Jepang.
Adapun di Pasifik, kapal induk USS Abraham Lincoln (CVN-72), Landing Helicopter Dock USS Essex dan 36 kapal perang lainnya serta tiga kapal selam berada di Hawaii, mengambil bagian dalam Latihan Lingkar Pasifik (RIMPAC) yang akan berakhir pada Hari Kamis.
Sementara itu, situs web pelacakan penerbangan menunjukkan dua HC-130J Combat King II Angkatan Udara AS, telah tiba di Okinawa dari Anchorage. Mereka didampingi oleh beberapa KC-135 Stratotankers, sebuah pesawat pengisian bahan bakar udara.
"Jika dia mengunjungi Taiwan, protokol diplomatik akan sangat penting," kata Masahiro Matsumura, seorang profesor politik internasional dan keamanan nasional di Fakultas Hukum Universitas St. Andrew di Osaka, Jepang.
"Akan provokatif jika Pelosi mengunjungi Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di kantor kepresidenan. Pilihan lain bisa de facto Kedutaan Besar AS di Taipei atau parlemen," sambungnya.
Ini lebih merupakan masalah diplomatik daripada masalah militer, kata Matsumura, meragukan apakah pihak China siap secara militer untuk konfrontasi dengan AS.
Baca juga:
- Ketua DPR AS Nancy Pelosi Diperkirakan Tetap Kunjungi Taiwan, Kementerian Luar Negeri: Tentara China Tidak akan Diam
- Doktrin Baru AL Rusia: Kembangkan Teknologi Kapal Perang dan Kapal Induk Canggih, Soroti Ekspansi Kekuatan Militer NATO
- Pemimpin Rezim Militer Myanmar Bakal Perpanjang Aturan Darurat Enam Bulan, Buat Apa?
- Eksportir Gandum yang Juga Salah Satu Orang Terkaya Ukraina Tewas Akibat Serangan Rudal Rusia di Mykolaiv, Presiden Zelensky: Kehilangan Besar
Namun, Beijing telah mengeluarkan peringatan harian tentang kunjungan Pelosi. Pada Hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian memperingatkan, kunjungan Pelosi ke Taiwan akan mengarah pada perkembangan dan konsekuensi yang "sangat serius".
"Kami ingin memberi tahu Amerika Serikat sekali lagi bahwa China berdiri, Tentara Pembebasan Rakyat China tidak akan pernah tinggal diam. China akan mengambil tanggapan tegas dan tindakan balasan yang kuat, untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya," tegasnya.
Ditanya tindakan apa yang mungkin diambil PLA, Zhao berkata: "Jika dia berani pergi, mari kita tunggu dan lihat."