Sebut Eksekusi Mati Empat Aktivis Demokrasi oleh Junta Militer Sebagai Kekejaman Mengerikan, AS Larangan Penjualan Perangkat Militer ke Myanmar

JAKARTA - Amerika Serikat pada Hari Senin mengatakan tidak akan ada "bisnis seperti biasa" dengan militer yang berkuasa di Myanmar, setelah eksekusi empat aktivis demokrasi, menambahkan bahwa semua opsi ada di meja karena mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut untuk menghukum junta.

Berbicara pada konferensi pers reguler, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price meminta negara-negara untuk melarang penjualan peralatan militer ke Myanmar, menahan diri dari tindakan apa pun yang akan memberikan kredibilitas internasional kepada junta.

Ditanya apakah pemerintahan Pemerintahan Presiden Biden sedang mempertimbangkan sanksi terhadap industri gas Myanmar, sektor yang terhindar dari sanksi AS putaran sebelumnya, Price mengatakan bahwa dalam diskusi mereka tentang tindakan lebih lanjut, semua opsi ada di atas meja.

"Dengan kekejaman mengerikan yang telah dilakukan junta, tidak ada bisnis seperti biasa dengan rezim ini," kata Price, melansir Reuters 26 Juli.

Sebelumnya, empat aktivis demokrasi Myanmar dijatuhi hukuman mati dalam persidangan rahasia pada Januari dan April lalu. Mereka dituduh membantu gerakan perlawanan sipil yang telah memerangi militer sejak kudeta tahun lalu, dan tindakan keras berdarah terhadap protes nasional.

Eksekusi pertama negara itu dalam beberapa dekade memicu kecaman internasional. Sekjen PBB Antonio Gutteres selain mengutuk eksekusi tersebut, juga meminta rezim militer Myanmar segera membebaskan Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.

Tidak ada negara yang memiliki potensi untuk mempengaruhi Myanmar lebih dari China, kata Price, sementara juga menyerukan kelompok negara-negara ASEAN untuk mempertahankan preseden yang melarang perwakilan junta dari pertemuan regional.