Selalu Dihantui Rasa Bersalah dan Takut Melakukan Kesalahan, Waspadai Guilt Complex

YOGYAKARTA – Seseorang yang perfeksionis, kerap dihantui kekhawatiran melakukan kesalahan. Tak hanya seorang perfeksionis, rasa bersalah juga kerap menghantui orang pada umumnya. Sesekali tak apa, asalkan diikuti klarifikasi dan pertanggung-jawaban atas sebuah tindakan yang dianggap bersalah. Tetapi, perasaan bersalah yang tak divalidasi dan dirasa terus-menerus bisa menjadi salah satu gejala guilt complex.

Guilt complex, melansir Verywell Mind, Senin, 25 Juli, mengacu pada keyakinan terus-menerus bahwa seseorang telah melakukan sesuatu yang salah atau akan melakukan sesuatu yang salah. Selain perasaan bersalah dan khawatir terus-menerus, guilt complex juga menyebabkan rasa malu dan cemas. Mudahnya, orang dengan guilt complex berpikir bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah, padahal sebenarnya tidak.

Pada kasus tertentu, orang dengan guilt complex mungkin melebih-lebihkan peran mereka sendiri dalam suatu situasi. Sehingga mereka percaya bahwa kesalahan kecil mereka sendiri memiliki dampak yang jauh lebih serius daripada yang sebenarnya. Kondisi ini tidak diakui dalam kategori Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), meskipun rasa bersalah dapat membuat seseorang mengalami stres.

Ilustrasi selalu dihantui rasa bersalah (iStockphoto)

Rasa bersalah yang berlebihan dan merasa diri tidak pantas, dikaitkan dengan sejumlah kondisi kesehatan mental seperti depresi, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Rasa bersalah digambarkan sebagai emosi yang secara sadar melibatkan evaluasi negatif terhadap diri sendiri, perasaan tertekan, dan perasaan gagal. Tanda guilt complex, antara lain kecemasan, menangis, insomnia, ketegangan otot, emosi yang sangat kuat terhadap kesalahan masa lalu, menyesali, sakit perut, dan khawatir.

Ketika mengalami tanda-tanda di atas, seseorang bisa merasa cemas, depresi, dan stres termasuk sulit konsentrasi, kehilangan minat, kelelahan, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Faktor yang dapat menyebabkan guilt complex antara lain kecemasan karena evaluasi negatif pada diri sendiri, pengalaman masa anak-anak, pernah bertentangan dengan norma budaya tempat dibesarkan dan tak lagi percaya atau mendukung norma tersebut, dan hukum agama yang menunjuk seseorang telah melakukan sesuatu yang salah.

Selain mengenali tanda dan penyebabnya, perlu juga dikenali bahwa rasa bersalah merupakan perasaan alami dan normal. Kadang respons emosi ini diambil untuk bisa beradaptasi bahkan memotivasi. Pada kondisi yang lain, rasa bersalah juga dialami ketika berada pada hal di luar kendali. Di samping itu, rasa bersalah juga respons rasa takut ataupun masalah eksistensial berkaitan dengan ketidakadilan.

Untuk mengatasi rasa bersalah terus-menerus yang mengganggu ketenangan dan kesuksesan, ahli menyarankan tiga langkah sederhana. Pertama, membingkai ulang situasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi hadirnya pikiran bersalah. Kemudian, carilah cara untuk mengalihkan fokus ke pikiran negatif. Lebih baik berpikiran positif dan lebih realistis.

Kedua, memaafkan diri sendiri dengan mengambil tanggung jawab, menebus kesalahan, dan mengambil cara untuk move on. Ketiga, berbicara dengan seseorang atau berbagi perasaan dengan orang terdekat.

Ketika rasa bersalah muncul secara terus-menerus meski telah mencoba cara di atas, penting bagi orang dengan guilt complex mencari bantuan profesional, seperti dokter atau ahli kesehatan mental.