Gawai Memang Tak Baik untuk Anak, Kak Seto: Kalau Sudah Sering Marah-marah, Ortu Harus Waspada
JAKARTA - Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi. Dan itu tandanya masalah serius.
Anak yang kecanduan gawai bisa tiba-tiba marah ketika sinyal susah, kuota habis, atau tidak terpenuhi kenikmatan dan kenyamannya. Bahkan, ada yang sampai dirawat di rumah sakit jiwa, jelas psikolog Seto Mulyadi.
"Jadi dari berbagai hal inilah sesuatu yang dinikmati dan sudah merasa nyaman dengan keadaan itu, tiba-tiba hilang secara mendadak, memang bisa menimbulkan anak-anak stres. Dia tidak bisa belajar sosial, tidak bisa melihat bagaimana pergaulan," jelas Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu, Minggu 24 Juli.
Dikutip dari Antara, Seto menjelaskan ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai oleh orangtua saat anak kecanduan gawai. Apabila anak sudah sulit untuk diatur, mengganggu pola makan, ibadah dan waktu belajar, hal tersebut perlu diwaspadai. Apalagi jika mood sang anak sulit untuk dikendalikan jika dijauhkan dari gawai.
"Kalau anak sudah mulai nggak teratur. Kalau makan, nggak makan. Kalau ibadah, tidak. Waktunya belajar juga tidak. Terus main gadget. Kadang mengurung diri di kamar. Atau uring-uringan. Marah-marah, nah itu sudah harus waspada. Ada sesuatu yang tidak beres pada jiwa anak," kata Kak Seto.
Jika sudah sampai tahap itu, orangtua harus bisa segera meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Dengan demikian, hubungan persahabatan antara orangtua dan anak pun dapat terjalin sehingga anak tak hanya terfokus pada gawainya saja.
Baca juga:
- Dari Cara Bermain, Minat dan Bakat Anak Bisa Ketahuan
- Pertama Kali, Paus Tunjuk Wanita untuk Bergabung dengan Komite Penasihat Uskup
- WhatsApp Hingga Instagram Terancam Diblokir Kemenkominfo Jika Tak Daftar ke PSE, DPR: Semua Perusahaan Harus Ikuti Aturan
- Baru Pertama Kali Ajak Si Kecil Nonton di Bioskop, Ikuti 5 Tips Ini
"Jadi biasakan menggelar rapat keluarga. Atau ngobras, ngobrol bareng asik misalnya. Jangan sekedar memberikan perintah saja. Tapi mulai dengan sekarang ayah dan bunda mau dengar apa yang menurut kalian kami salah? Gitu," kata Kak Seto.
Dengan dialog, menurut Kak Seto, maka terjalin persahabatan. Akhirnya, anak lebih nyaman bahwa ayah sama bunda sekarang sudah berubah. Tidak seperti dulu. "Karena itu juga tempat pelarian anak. Begitu ibunya marah, ayahnya cuek, ya sudah. Asyik banget dia dengan gadget," pungkasnya.