Bagikan:

JAKARTA - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi alias Kak Seto menilai kasus anak berusia 13 tahun yang diculik oleh pria yang baru dikenalnya dari medsos adalah faktor kelalain.

Oleh sebab itu, Kak Seto menyarankan kepada orang tua agar memberikan pegawasan ketat terhadap anaknya agar tidak terlena dengan dunianya sendiri.

“Jadi dalam hal ini, memang alat ini (Handpone) punya nilai sangat positif dan negatif tergantung menggunakan alat ini. Salah satunya mengimbangi anak-anak ini dengan pengawasan. Misalnya melakukan pertemuan, dialog diskusi,” kata Kak Seto saat dikonfirmasi VOI, Jumat, 29 November.

Kendati demikian, Kak Seto juga menyarankan dalam proses pengawasan terhadap anak dengan cara pendekatan secara pertemanan.

Agar anak tidak merasa tertekan dan tidak ragu untuk menceritakan apa yang dilakukannya selama menggunakan handphone tersebut.

“Tapi tetap pengontrolannya. Bukan sekadar suatu tindakan yang penuh ketegangan. Misalnya langsung diperiksa, dibongkar tetapi dengan mengimbangi komunikasi yang sangat aktif, komunikasi yang akrab yang penuh persahabatan, tapi tidak posisi atas bawah,” ujarnya.

Berkaca pada kasus Ainun, Kak Seto berharap kepada orang tua, apabila sang anak telah kembali maka jangan diberikan tindakan yang membuat sang anak tidak betah di rumah.

Kemudian, ia menyarankan untuk tidak merebut handpone sang anak. Akan tetapi tetap memberikan tapi dengan pengawasan secara pertemanan.

“Lebih baik tetap dalam pengawasan. Karena anak berpikir memilih untuk fight atau marah, nanti kabur,” sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Kartini (45), ibunda Ainun Fitria (13), korban penculikan siswi SMP di Jakarta Selatan mengaku dirinya merasa bersalah dengan memberikan handphone kepada putrinya. Sebab, ia merasa penculikan yang dialami Ainun Fitria tak terlepas dari aktivitas di media sosial.

“Kayaknya salah saya juga engga pernah cek handphone-nya. Jadi saya tidak tahu dia sedang apa, dan dekat sama siapa,” ujar Kartini, Jumat, 29 November.

Kartini mengaku sangat menyesal memberikan handphone pada anak-anak yang seharusnya belum dapat memiliki gawai tersebut. Ia terkecoh dengan aktivitas sehari-harinya yang dinilainya baik dan bertanggungjawab.

Namun, setelah adanya kejadian ini, ia dan teman-temannya pun kaget. Karena memiliki kepribadian pendiam justru hilang dibawa pria yang dikenal di media sosial.

“Kesehariannya pendiam di rumah. Anak saya bertanggungjawab, jaga adiknya. Makanya saya percaya,” ujarnya.

Ia sangat berharap kepada pihak kepolisian atau warga sekitar yang menemukan anak perempuan untuk segera menghubunginya.

Atas kejadian ini, Kartini berniat menarik kembali handphone putrinya agar tidak terulang kejadian serupa.

“Saya menyesal berikan handphone, sama tidak memeriksanya,” ujarnya.