Kejar Target Lifting Minyak, Aspermigas: Perbaiki Tata Kelola

JAKARTA - Pemerintah terus melakukan pembenahan guna mengantisipasi pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri di masa mendatang.

Salah satu kebijakan strategis yang ditempuh adalah menetapkan target produksi minyak bumi 1 juta barrel oil per day (BOPD) dan gas bumi 12 billion standard cubic feet per day (BSCFD).

Sementara itu Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan realisasi lifting minyak dan gas RI sepanjang semester I tahun 2022 masih jauh di bawah target yakni sekitar 87 persen sebesar 614,2 ribu barel per hari (BOPD) untuk minyak dan 532 juta kaki kubik kaki per hari (BSCFD) atau 92 persen untuk gas.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal mengaku optimistis dengan target tersebut.

Namun, ia mengaku, sektor migas Indonesia memiliki tantangan yang besar sehingga membutuhkan reformasi dan perbaikan di sisi tata kelola migas.

"Sebagai warga negara Indonesia kita ahrus tetap optimistis tapi memang tantangannya besar sekali. Bukan bilang perubahan lagi tapi harus ada reformasi," ujarnya di Jakarta, Senin, 18 Juli.

Ia menambahkan, saat ini pemerintah Indonesia memiliki regulasi yang lebih positif sehingga memudahkan proses negosiasi dengan investor untuk memberikan nilai tambah dari sisi keekonomian produk migas.

"Tapi hanya itu saja karena saingan kita ketat sekali dan susah dan sudah bealsan tahun kita mengalami hal ini. Untuk meningkatkan kepercayaan invetor kepada pemerintah membutuhkan waktu dan kemampuan yang luar biasa apalagi produksi Indonesia yang masih jauh dari target," bebernya.

Kondisi lapangan migas RI yang sudah tua membutuhkan tambahan investasi dan teknologi untuk menggenjot produksi, sementara dunia sedang dilanda ketidakpastian sehingga investor cenderung menahan investasi.

"Kita lhat lapangan-lapangan yang masif juga susah vari investor seperti IDD dan Masela. Susah karena lapangan masif dan tentu butuh Capex yang besar jadi tigkat risikonya ada," pungkas Moshe.

Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengungkapkan, realisasi produksi dan lifting masih lebih rendah dibandingkan target APBN.

Dwi menyebut salah satu sebabnya adalah karena adanya unplanned shutdown dan mundurnya penyelesaian proyek strategis nasional hulu migas yaitu Jambaran-Tiung Biru dan Tangguh Train 3 yang telah dimasukkan dalam perhitungan pada penyusunan target lifting di APBN 2022.

Program pengeboran sumur pengembangan yang masif dilakukan KKKS di luar EMCL, telah mampu menunjukkan hasil positif dengan mampu menaha laju penurunan produksi dan saat ini pada fase produksi yang meningkat.

"Kami juga terus berupaya dapat menyelesaikan proyek hulu migas nasional, termasuk proyek strategis nasional sektor hulu migas," ujarnya dalam konferensi pers capaian dan kinerja hulu migas Semester Pertama 2022 di Jakarta, Jumat 15 Juli.