Dugaan Korupsi Pengadaan Proyek Fiktif, KPK Periksa 4 Pihak dari PT Amarta Karya
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil empat saksi dalam penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan proyek pada PT Amarta Karya Tahun 2018-2020.
"Pemeriksaan dilakukan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Juru Bicara KPK Ali Fikri di Jakarta, Antara, Senin, 18 Juli.
Mereka yang dipanggil, yaitu Head of AML PT Prudential Life Assurance Dana Agriawan, Pjs. VP Pemasaran Infrastruktur PT Amarta Karya Deden Prayoga, mantan Kepala Divisi Keuangan PT Amarta Karya Pandhit Seno Aji, dan Kepala Satuan Pengawasan Internal PT Amarta Karya Rokhimin.
KPK mengungkapkan modus operandi dalam kasus tersebut diduga adanya perbuatan melawan hukum terkait pelaksanaan proyek fiktif sehingga timbul kerugian keuangan negara.
Kendati demikian, KPK saat ini belum dapat menginformasikan secara menyeluruh konstruksi perkara dan siapa saja pihak yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
Adapun pihak yang ditetapkan sebagai tersangka akan diumumkan ketika penyidikan cukup dan akan disampaikan pada saat upaya paksa penangkapan maupun penahanan.
Saat ini, tim penyidik masih melengkapi alat bukti dengan memanggil para saksi yang terkait dengan kasus itu.
Baca juga:
- KPK Dalami Aliran Uang untuk Eks Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dari Pihak Swasta
- Bupati Mamberamo Tengah Jadi Buronan, KPK Periksa Sejumlah Orang Diduga Bantu Pelarian
- Kabur ke Papua Nugini, KPK Jadikan Bupati Mamberamo Tengah DPO
- Jateng jadi Provinsi dengan Penurunan Angka Kemiskinan Tertinggi Nasional, Wagub Taj Yasin Pesan Ini ke Warga
Pada Senin pekan lalu, KPK telah memeriksa empat saksi, yakni Kepala Departemen Utang Piutang PT Amarta Karya Syafriali, mantan Kepala PPIC dan Project Manager PT Amarta Karya Aristianto, Kepala Departemen Keuangan PT Amarta Karya Onih, dan Kepala Seksi Akuntansi, Verifikasi, dan Pajak PT Amarta Karya Rizal Fadillah.
Tim penyidik mengonfirmasi pengetahuan empat saksi itu soal dugaan adanya permintaan uang oleh oknum direksi di PT Amarta Karya.