Perubahan Iklim dapat Memicu Penyakit Kanker yang Mematikan
JAKARTA - Perubahan iklim ternyata tidak hanya berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan, tetapi juga turut berpengaruh pada kesehatan manusia. Salah satunya dapat memicu penyakit kanker.
Analisis itu didasari hasil 60 penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas California, San Francisco Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan di jurnal The Lancet Oncology.
Mereka mengatakan bahwa penyakit kanker ini bisa menjadi level terparah seperti kanker paru-paru, kanker kulit dan saluran pencernaan, karena lingkungan sekitar mengalami peningkatan suhu ekstrim, kebakaran hutan menjadi lebih sering, dan kualitas udara menurun.
"Dalam pertempuran di seluruh dunia untuk mengurangi perubahan iklim, komunitas internasional tidak berada di jalur yang benar untuk memperlambat emisi gas rumah kaca," ungkap penulis utama Robert A Hiatt seperti dikutip dari India Times, Minggu 8 November.
Baca juga:
Kanker secara luas diprediksikan menjadi penyebab utama kematian di abad ke-21. Sementara, adanya indikasi kanker juga disebabkan seperti paparan polusi udara, racun industri, pencemaran air bersih, gangguan persediaan makanan, dan radiasi sinar ultraviolet.
Polusi udara diperkirakan mendorong peningkatan kanker paru-paru yang mematikan, dikarenakan meningkatnya paparan materi partikulat dalam polusi udara, yang menjadi sebagai penyebab 15 persen kasus baru.
Mereka juga mengingatkan masyarakat untuk segera memeriksakan kesehatannya dan menambah sumber daya medis yang diperlukan untuk mengobati kanker.
Para peneliti mencatat bahwa harus ada tindakan segera untuk mengatasi perubahan iklim ini. Berbagai faktor juga memengaruhi masalah kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim, termasuk perubahan pola curah hujan dan suhu tinggi yang membantu penyebaran penyakit tertentu seperti malaria.
"Pandemi COVID-19 telah menunjukkan kepada kami pentingnya sains dan kesehatan masyarakat, dan kami telah melihat selama beberapa bulan terakhir bahwa sebagai komunitas kesehatan global, kami dapat memobilisasi investasi, penelitian, dan tindakan kolektif yang diperlukan untuk memecahkan masalah kesehatan di skala global. Sekaranglah waktunya untuk menerapkan ambisi ini untuk mengatasi krisis iklim," ungkap penulis studi Naomi Beyeler, MPH.