Punya Misi Mengembangkan Kalimantan, Bung Karno Pernah Rancang Palangka Raya Jadi Ibukota Indonesia
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Indonesia di masa kepemimpinan Presiden pertama Soekarno atau Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Pulau Kalimantan.
"Indonesia di zaman Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Kalimantan, dengan tujuan agar Indonesia menjadi negara terkuat di dunia," kata Hasto dikutip dari ANTARA, Minggu, 17 Juli.
Menurut dia, selain merebut Irian Barat dari kolonialisme Belanda, menurut Bung Karno Kalimantan juga menjadi pusat perhatian.
"Kalimantan jadi pusat perhatian Bung Karno agar Indonesia menjadi negara terkuat di Asia. Selama satu tahun penuh, Bung Karno mempelajari Kalimantan," tambahnya.
Dalam analisis Bung Karno, lanjutnya, pertahanan nasional Indonesia dibagi menjadi dua kekuatan dalam dua garis besar, yaitu pertahanan laut di Indonesia Timur, dengan Biak menjadi pusat armada, serta pertahanan udara di Kalimantan.
Dengan melihat potensi besar di Kalimantan, katanya, maka hegemoni kekuatan pertahanan udara Indonesia dalam menjaga keamanan udara ditempatkan di Kalimantan, sebagai kawasan yang sangat penting dan strategis.
"Di Kalimantan inilah Kota Palangka Raya dirancang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia (saat itu). Desain jalannya dibuat lurus-lurus dan menuju pada satu bundaran besar mirip Washington D.C., Amerika Serikat," katanya.
Baca juga:
- Transportasi Publik Jadi Layanan Utama Pergerakan Orang di IKN
- Wow! Renovasi Ruang Kerja Megawati di BRIN Capai Rp6 Miliar
- Bantah Biaya Renovasi Ruang Kerja Megawati Rp6,1 Miliar, BRIN: Itu Biaya Seluruh Lantai 2, Termasuk Ruang 10 Dewan Pengarah
- Mensos Risma Jawab Temuan BPK Soal Bansos Tak Tepat Sasaran Rp6,93 Triliun
Pembangunan jalan diperluas hingga sampai empat belas jalur untuk bisa digunakan pendaratan bagi pesawat MiG21 buatan Uni Soviet. Selain itu, Bung Karno juga melakukan nasionalisasi berbagai perusahaan tambang milik asing, dimana hasil dari industri pertambangan digunakan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.
"Bung Karno berharap pada 1975 Indonesia akan menjadi bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara super power di luar dari Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Jepang, dan Tiongkok," jelasnya.
Sayangnya, katanya, seluruh konsep strategis itu memudar pascaperistiwa 1965 dan kepemimpinan Indonesia menurun di dunia internasional.
"Padahal sebelumnya karena peran aktif Indonesia, bangsa-bangsa Asia Afrika, yang mayoritas adalah bangsa Islam, merdeka karena peran Indonesia," ujarnya.