Beda Trump dan Biden Sikapi Proses Hitung Suara Pemilu AS
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melancarkan serangan luar biasa terhadap proses pemilihan presiden di negara itu. Trump terus mengklaim suaranya dicuri. Di sisi lain, pesaingnya Joe Biden lebih kalem dengan keunggulan yang sementara dimiliki.
Serangan ini terjadi ketika harapan Trump untuk menduduki jabatan presiden periode kedua makin pudar seiring makin banyak suara yang dihitung. Banyak medan pertempuran penting yang makin menunjukkan keunggulan Biden.
Tudingan Trump sayangnya tanpa bukti. Ia hanya terus mengecam petugas pemilu. Trump mengatakan terdapat penipuan di negara bagian, di mana suaranya makin berkurang. Hal yang menurut Trump mendorong Biden makin dekat ke kemenangan.
"Ini adalah kasus di mana mereka mencoba mencuri suara," kata Trump, yang berbicara selama sekitar 15 menit di ruang rapat Gedung Putih sebelum pergi tanpa menjawab pertanyaan.
Pernyataan Trump mengikuti serangkaian unggahan Twitter pada hari sebelumnya yang menyerukan penghitungan suara untuk dihentikan. Selain itu, tim Kampanye Trump melayangkan tuntutan hukum di Georgia, Michigan, Nevada dan Pennsylvania, meskipun hakim di Georgia dan Michigan dengan cepat menolak tuntutan tersebut.
Pakar hukum mengatakan kasus tersebut memiliki peluang kecil untuk memengaruhi hasil pemilu. Biden, mantan wakil presiden AS terus menggerogoti kepemimpinan petahana Partai Republik di Pennsylvania dan Georgia, bahkan ketika dia mempertahankan keunggulan tipis di Nevada dan Arizona.
Biden bergerak lebih dekat untuk mengamankan 270 suara di Electoral College negara bagian yang menentukan pemenang. Mengutip Reuters, Jumat, 6 November, keunggulan Trump di Pennsylvania telah menyusut dari 319.000 pada Rabu, 4 November menjadi sekitar 50.000 pada Kamis malam, 5 November.
Sementara, margin suara antara keduanya di Georgia turun dari 68.000 menjadi 2.500. Angka-angka itu diperkirakan akan terus mendukung Biden, dengan banyak surat suara dari daerah yang biasanya memilih Partai Demokrat, termasuk Philadelphia dan Atlanta.
Biden juga menyadari keunggulannya di Arizona dan diperkirakan akan unggul di Nevada. Sebagian besar jaringan televisi utama memberitakan bahwa Biden unggul 253 dan 214 untuk Trump dalam pemilihan Electoral College, yang sebagian besar ditentukan oleh populasi negara bagian.
Pemilu AS yang menegangkan ini juga diramaikan dengan aksi demonstrasi di beberapa kota AS pada hari kedua penghitungan suara. Pengitungan suara berada di tangan pegawai sipil yang secara metodis menghitung ratusan ribu surat suara, yang banyak di antaranya dikirim melalui pos akibat pandemi COVID-19.
Hasil akhir di setiap negara bagian bisa memakan waktu berhari-hari. kata Menteri Luar Negeri Pennsylvania Kathy Boockvar. Ia mengatakan bahwa negara bagian masih memiliki sekitar 350.000 surat suara yang belum dihitung. Diperkirakan, sebagian besar akan dihitung pada Jumat, 6 November waktu setempat.
Di Georgia, Gabriel Sterling, seorang pejabat pemilu juga mengatakan penghitungan suara membutuhkan waktu untuk memproses puluhan ribu surat suara yang tersisa. Arizona, di mana ada setidaknya 400.000 surat suara tersisa dan Nevada, yang memiliki 190.000 suara yang belum terhitung juga diperkirakan membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan penghitungannya.
Baca juga:
Tetap tenang
Biden mengunggah pernyataan di Twitter tak lama setelah kehadiran Trump di Gedung Putih dan mengatakan tidak ada yang akan merampas demokrasi. Dalam sambutan sebelumnya dari kampung halamannya di Wilmington, Delaware, Biden menyatakan keyakinan dia akan kemenangan.
Biden juga terus-terusan menyerukan agar pendukungnya tetap tenang saat suara masih dalam proses penghitungan. "Demokrasi terkadang berantakan," kata Biden. “Terkadang membutuhkan sedikit kesabaran juga. Tapi kesabaran itu terbayar sekarang selama lebih dari 240 tahun dalam sistem pemerintahan yang membuat iri dunia."
Jajak pendapat baru menunjukkan mayoritas bipartisan AS menolak deklarasi kemenangan prematur Trump dan mendukung penghitungan semua suara.