Lego Putuskan Hentikan Semua Operasionalnya di Rusia: Akhiri Kemitraan dengan Pengelola 81 Gerai, PHK Mayoritas Karyawan di Moskow
JAKARTA - Produsen mainan terbesar di dunia asal Denmark, Lego, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka akan menghentikan semua operasinya di Rusia, mengakhiri pekerjaan stafnya di Moskow dan kemitraannya dengan perusahaan yang mengoperasikan 81 toko di Rusia.
Seorang perwakilan Lego mengatakan, perusahaan telah memutuskan untuk "menghentikan tanpa batas operasi komersial di Rusia, mengingat gangguan ekstensif yang berkelanjutan di lingkungan operasi".
Ini termasuk pemutusan hubungan kerja sebagian besar tim yang berbasis di Moskow dan kemitraan dengan Inventive Retail Group yang "mengoperasikan 81 toko atas nama merek", tambahnya.
Diketahui, pihak perusahaan telah menghentikan pengiriman ke Rusia pada Bulan Maret, setelah Moskow melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
"Kami mengkonfirmasi pemutusan kontrak dengan Lego," kata perwakilan Inventive Retail Group, Selasa, melansir The National News dari AFP 12 Juli.
"Perusahaan kami akan terus bekerja sebagai ahli dalam kategori konstruksi dan mainan edukatif," sambungnya.
Pada awal Mei, Rusia menempatkan produk Lego pada daftar barang yang dapat diimpor tanpa persetujuan pemilik kekayaan intelektual, untuk melewati pembatasan yang diberlakukan atas konflik di Ukraina.
Baca juga:
- Jerman, Prancis hingga Belanda Kompak Tolak Cap 'Teroris' Israel Terhadap LSM Palestina
- Lindungi Pembicaraan Rahasia Agar Tidak Disadap Rusia, Uni Eropa Bangun Bunker Anti Mata-mata Berstandar NATO Senilai Rp120 Miliar
- AS Klaim Serangan Dronenya Tewaskan Pemimpin ISIS, Penanggung Jawab Pengembangan Jaringan di Luar Irak dan Suriah
- Kepala Intelijen Rusia Sebut Polandia Ketar-ketir Lantaran Rencana Ekspansi ke Ukraina Barat Bocor
Sementara, daftar yang diterbitkan oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan itu antara lain memuat smartphone Apple dan Samsung, merek mobil besar, konsol game hingga suku cadang yang digunakan di berbagai industri.
Diketahui, banyak merek Barat telah memutuskan untuk keluar dari Rusia, berusaha mematuhi sanksi, kendati menghadapi ancaman dari Kremlin bahwa aset milik asing dapat disita.