Ardhito Pramono Hadirkan Pop Indonesia Lama Lewat Album Wijayakusuma
JAKARTA - Tak butuh waktu lama bagi seorang Ardhito Pramono kembali bermusik. Sebuah album penuh perdana bertajuk Wijayakusuma dirilis pada hari ini, Rabu, 13 Juli.
Lewat Wijayakusuma, Ardhito melepas album perdananya setelah menyelesaikan rehabilitasi pada Juni lalu. Album ini juga dirilis lewat Aksara Records yang kembali beroperasi setelah 13 tahun.
Banyak yang baru dari album perdana Ardhito ini pasalnya ia juga pertama kalinya melepas single berbahasa Indonesia bertajuk sama. Lagu Wijayakusuma merupakan trek pop dengan sentuhan instrumen orkestra dan gamelan serta sinden. Kejutan ini datang dari kritik Oom Leo (Narpati Awangga) kepada Ardhito karena musiknya yang minim sentuhan Indonesia.
“Gue melihat banyak sekali dampak kurang baik dari karya gue selama ini yang menggunakan bahasa Inggris, misalnya, teman-teman musisi baru yang akhirnya ikut memilih menggunakan bahasa Inggris dalam karyanya. Gue tidak ingin bahasa kita lenyap digantikan oleh bahasa asing dalam sebuah pengkaryaan," cerita Ardhito Pramono.
Baca juga:
Liriknya sendiri terbagi dalam beberapa babak. Di bagian pertama, Ardhito Pramono merenungkan hidupnya sebagai seorang manusia. Bagian sinden yang dinyanyikan Peni Candra Rini seakan jadi klimaks lagu ini. Wijayakusuma jadi sesuatu yang segar dari diskografi Ardhito Pramono sejauh ini.
“Album ini adalah keresahan, penyesalan, keindahan, dan hal-hal yang terjadi di beberapa tahun belakangan. Lewat album ini, sekiranya gue ingin melampiaskan dan memotret beberapa kejadian yang terjadi," katanya.
Ardhito pun menulis, memproduksi, dan merekam seluruh proses album Wijayakusuma di Indonesia. Kali ini, ia menampilkan album pop yang terinspirasi dari Keenan Nasution, Margie Segers, Chrisye, Rafika Duri, Dian Pramana Poetra, Rien Djamain, Utha Likumahuwa, hingga Candra Darusman.
“Sepertinya album ini menjadi album yang 30 tahun sekali gue rilis. Karena sejujurnya gue tidak tahu kapan gue bisa membuat lagu-lagu seperti ini lagi. Kesempatannya cuma sekali dalam 30 tahun. Seperti kebetulan yang terjadi ketika orang sedang bermain jazz, kebetulan itu tidak akan terulang kembali,” jelas Ardhito Pramono.
Album ini berisi 8 trek baru termasuk Wijayakusuma yang bisa didengarkan secara streaming.