Moskow Bakal Pasang Rudal Hipersonik: NATO Tingkatkan Pasukan Siaganya Menjadi 300 Ribu, Satuan Dekat Perbatasan Jadi Brigade
JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berencana meningkatkan jumlah pasukan siaganya hingga lebih dari tujuh kali lipat, tembus 300.000 personel sebagai adaptasi strategi baru yang menggambarkan Moskow sebagai ancaman lansung, sementara Rusia siap mengerahkan rudal hipersoniknya ke wilayah perbatasan terkait peringatan terhadap NATO.
Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari telah memicu perubahan geopolitik besar di Barat, mendorong negara-negara netral Finlandia dan Swedia untuk mendaftar bergabung dengan NATO dan Ukraina untuk mengamankan status kandidat untuk bergabung dengan Uni Eropa.
"Rusia telah meninggalkan kemitraan dan dialog yang telah coba dibangun NATO dengan Rusia selama bertahun-tahun," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Brussels, Belgi jelang pertemuan puncak NATO akhir pekan ini di Madrid, Spanyol melansir Reuters 28 Juni.
"Mereka telah memilih konfrontasi daripada dialog. Kami menyesali itu, tetapi tentu saja, kami perlu menanggapi kenyataan itu," sambungnya kepada wartawan.
KTT NATO 28-30 Juni datang pada saat penting bagi aliansi, setelah kegagalan di Afghanistan dan perselisihan internal selama era mantan Presiden AS Donald Trump, yang mengancam akan menarik Washington keluar dari aliansi.
Stoltenberg mengatakan NATO di masa depan akan memiliki lebih dari 300.000 tentara dalam siaga tinggi, dibandingkan dengan 40.000 tentara yang saat ini membentuk kekuatan reaksi cepat aliansi yang ada, NATO Response Force (NRF).
Model kekuatan baru dimaksudkan untuk menggantikan NRF dan "menyediakan kumpulan pasukan kesiapan tinggi yang lebih besar di seluruh matra, darat, laut, udara dan dunia maya, yang akan ditugaskan sebelumnya, untuk rencana khusus terkait pertahanan sekutu," seorang pejabat NATO mengatakan.
Stoltenberg mengatakan unit-unit tempur NATO di sayap timur aliansi yang paling dekat dengan Rusia, terutama negara-negara Baltik, akan ditingkatkan ke tingkat brigade, dengan ribuan tentara yang telah ditugaskan sebelumnya siaga di negara-negara lebih jauh ke barat, seperti Jerman sebagai pusat bala bantuan cepat.
"Bersama-sama, ini merupakan perombakan terbesar dari pencegahan dan pertahanan kolektif kita sejak Perang Dingin," terangnya.
Terpisah, pejabat NATO yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, langkah itu akan memungkinkan NATO untuk merespons dengan lebih banyak pasukan dalam waktu singkat jika diperlukan.
Pejabat itu menambahkan bahwa skala dan komposisi pasukan yang tepat masih dikerjakan dan transisi direncanakan selesai pada 2023.
Pada KTT itu, NATO juga akan mengubah bahasanya di Rusia dari kata-kata saat ini, yang diabadikan pada KTT Lisbon pada 2010, menggambarkan Moskow sebagai mitra strategis.
"Saya berharap sekutu akan menyatakan dengan jelas, Rusia menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan kami, nilai-nilai kami, terhadap tatanan internasional berbasis aturan," tutur Stoltenberg.
Pada saat yang sama, Stoltenberg mengurangi harapan untuk terobosan di KTT untuk mengatasi penentangan Turki terhadap tawaran keanggotaan Swedia dan Finlandia.
"Saya tidak akan berjanji atau berspekulasi tentang batas waktu tertentu. KTT tidak pernah menjadi tenggat waktu," sebut Stoltenberg, yang dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin ketiga negara di Madrid, Selasa.
Baca juga:
- 323 Juta Penduduk Dunia Terancam Kerawanan Pangan, Presiden Jokowi: G7 dan G20 Miliki Tanggung Jawab Atasi Krisis Ini
- Mal Dipadati 1.000 Pengunjung Dihantam Dua Rudal Rusia: 13 Orang Tewas, Puluhan Luka-luka
- Apresiasi Upaya Presiden Macron Tengahi Konflik Rusia-Ukraina, Presiden Jokowi: Jika Perang Berlanjut, Krisis Pangan Memburuk
- Temui Kanselir Olaf Scholz, Presiden Jokowi Harap Jerman Jadi Mitra Pengolahan Potensi 474 Giga Watt Sumber Energi Baru dan Terbarukan
Diberitakan sebelumnya, Rusia tegas memperingatkan NATO untuk tidak melanggar wilayah Rusia di Krimea, yang jika dilakukan dapat memicu Perang Dunia ketiga, menurut Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev, seperti mengutip Reuters dari Argumenty i Fakty.
Mengenai rencana Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO, Medvedev yang juga mantan Presiden Rusia memastikan, negaranya akan memperkuat pertahanannya, termasuk mengerahkan rudal di perbatasan.
"Siap untuk langkah-langkah pembalasan dan itu dapat mencakup prospek memasang rudal hipersonik Iskander di ambang pintu mereka," tegas Medvedev.