COVID-19 Menyeret Uni Eropa ke Ambang Kekacauan Sistem Kesehatan

JAKARTA - Uni Eropa mengaku kewalahan dengan semakin tingginya angka penularan COVID-19. Hal itu langsung diungkap Kepala Komisi eropa Ursula von der Leyen. Menurutnya, jika Uni Eropa tak bertindak cepat atas pandemi maka sistem perawatan kesehatan Uni Eropa akan terganggu.

"Penyebaran virus akan membanjiri sistem perawatan kesehatan kami jika kami tidak bertindak segera," katanya, dikutip CNA, Jumat, 30 Oktober.

Ursula menambahkan saat ini Komisi Eropa telah menyediakan 220 euro atau sekitar Rp3 triliun untuk membiayai pasien COVID-19 di seluruh negara Uni Eropa. Dana tersebut sengaja dikucurkan untuk mendukung sistem kesehatan negara-negara yang tergabung di Uni Eropa.

Untuk menunjang tindakan cepat, Komisi Eropa juga akan melakukan lebih banyak tes antigen. Semua itu dilakukan karena perkembangan penyebaran COVID-19 yang cukup tinggi, yakni 44,7 juta kasus dengan sekitar 1,17 juta kematian.

Sebelumnya, para ilmuwan mengatakan pada Kamis lalu, bahwa jenis virus COVID-19 yang muncul di Spanyol sedari Juli telah menyebarkan seluruh Eropa. Varian virus corona itu awalnya diidentifikasi di antara pekerja pertanian di wilayah Aragon dan Catalonia di Spanyol Timur.

Sementara itu, dalam dua bulan terakhir, varian itu telah menyumbang hampir 90 persen dari infeksi baru di Spanyol. Tercatat, ketegangan menghadapi virus pun menyebar melintasi perbatasan Eropa, baik ke negara Swiss, Irlandia, dan Inggris.

Bukan cuma pepesan kosong belaka. Sebab, penelitian itu sesuai yang diungkap Lembaga Sains Publik Swiss dan Spanyol.