Siapa Iman Rachman, Bos Bursa Efek Terpilih Periode 2022-2026 yang Saat Ini Menjabat sebagai Direktur Pertamina
JAKARTA - Teka-teki jajaran manajemen baru Bursa Efek Indonesia (BEI) terjawab sudah. Melalui surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor: S-101/D.04/2022 tertanggal 21 Juni 2022, tujuh orang ditetapkan sebagai direksi Bursa Efek periode 2022-2026.
Nama-nama tersebut antara lain:
1. Iman Rachman, sebagai Direktur Utama
2. IGD N Yetna Setia, sebagai Direktur Penilaian Perusahaan
3. Irvan Susandy, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa
4. Kristian Sihar Manullang, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan
5. Sunandar, Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko
6. Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan
7. Risa Effennita Rustam, Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia
Mengutip surat OJK tersebut, para direksi baru Bursa akan efektif menjabat setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham pada rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) BEI 29 Juni mendatang.
Sosok Iman Rachman
Di antara nama-nama di atas, nama Iman Rachman menjadi sorotan. Pasalnya, selain Iman, sebagian besar nama-nama direksi Bursa Efek terpilih merupakan bagian dari manajemen Bursa Efek periode 2018-2022.
Berbeda dengan nama direksi lainnya, Iman yang lahir di Jakarta, 31 Mei 1972 itu sudah cukup lama meninggalkan dunia pasar modal setelah menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) sejak 2016 hingga 2019.
Baca juga:
Kemudian, Iman sempat menjabat sebagai Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) periode 2019-2020, dan hingga saat ini menjabat sebagai Direktur Strategi, Portofolio & Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero).
Meski begitu, pengalaman kerja Iman sangat dekat dengan pasar modal karena pernah menjabat sebagai manajer PT Danareksa Sekuritas pada 1998-2003 dan berlanjut sebagai Direktur Investment Banking PT Mandiri Sekuritas pada 2003-2016.
Dengan terpilihnya Iman sebagai bos Bursa Efek Indonesia, kiprahnya akan sangat dinantikan oleh para investor pasar modal. Terutama dalam meningkatkan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah ketidakpastian global, penambahan jumlah emiten, hingga mendorong lebih banyak masyarakat menjadi investor di pasar modal.