Apa Itu Robot Journalist? Amy Atmanto dari PWI Jaya Membedahnya dalam Seminar Kuliah Tamu di Universitas Mercu Buana
Jakarta - Universitas Mercu Buana mengundang PWI Jaya untuk menggelar Seminar Kuliah Tamu bertajuk "Robot Journalist Sebagai Tantangan Broadcaster Muda". Acara dilaksanakan di Gedung Multi Media Kampus Universitas Mercu Buana Jalan Meruya Selatan Jakarta Barat, Rabu, 15 Juni.
Kuliah ini dibawakan oleh Ketua Bidang Antar Lembaga PWI Jaya, Amy Atmanto. Dalam pemaparannya, Amy mengungkapkan Robot Journalism yang merupakan wujud Artificial Intelligence (AI) menurut Stanford Computer Science, didefinisikan sebagai ilmu dan rekayasa pembuatan mesin cerdas. Mesin ini melibatkan mekanisme untuk menjalankan suatu tugas menggunakan komputer.
Saat ini, AI melalui ragam jenis robot dan mesin sudah hadir di dunia industri (manufacturing) lalu mendepak ribuan pekerja manusia dari pabrik
"AI kemudian tidak hanya hadir di manufaktur tapi juga masuk ke jurnalisme, ranah yang selama ini identik dengan kemampuan berpikir kritis, logika, dan kepiawaian menulis," kata Amy.
Apakah robot akan mengambil alih jurnalisme? “Tidak akan pernah,” kata Amy yang mengutip pernyataan Charlie Beckett, Direktur Media think tank Polis di London School of Economics, yang baru-baru ini memimpin penelitian terhadap 71 organisasi berita di 32 negara.
Amy memaparkan, penelitian tim Beckett menunjukkan bahwa ruang redaksi umumnya menggunakan AI dalam tiga bidang yaitu pengumpulan berita, produksi, dan distribusi.
Potensi kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan pemrosesan data dapat dimanfaatkan jurnalis sebagai kekuatan baru. Namun demikian, “kekuatan baru” tersebut membuahkan tanggung jawab baru bagi jurnalis untuk memastikan kebenaran data tersebut.
Jurnalis Masa Depan
Gary Cameron dari Reuters menyatakan jurnalis manusia tetap dibutuhkan untuk membuat template naskah. Jurnalis manusia juga dibutuhkan karena memiliki “rasa” untuk memilih diksi yang tepat dan sesuai konteks. Hal yang tak bisa dilakukan robot atau komputer.
Ada beberapa aktivitas jurnalisme yang tetap membutuhkan eksistensi jurnalis manusia. Hubungan dengan Narasumber di mana Jurnalis manusia terampil dalam mengembangkan hubungan dengan narasumber untuk menggali lebih banyak informasi semua hal yang tidak bisa dilakukan AI.
Baca juga:
- Koala Sampler Kini Menggunakan Artificial Intelligence untuk Membuat Stem Nada Secara Otomatis
- Koala Sampler Kini Menggunakan Artificial Intelligence untuk Membuat Stem Nada Secara Otomatis
- Jepang Mulai Uji Coba 6G, Bisa Jangkau Komunikasi Seluler dari Laut Hingga Langit
- Universitas Siena di Italia Ciptakan Software AI yang Bisa Pecahkan Teka-teki Silang dalam Bahasa Inggris dan Italia
Arti lain, adalah adaptasi dengan Media Sosial yang berarti Platform media sosial juga membentuk tren dalam jurnalisme, karena semakin banyak ruang redaksi yang menggunakan Facebook dan Twitter untuk menyampaikan berita secara real time.
Amy juga menegaskan jika jurnalis manusia sangat dibutuhkan untuk melaporkan langsung dari lokasi, mengabarkan setiap perkembangan secara intens ,sekaligus bergerak mencari sidebar informasi untuk mempertajam analisis.
Seminar Kuliah Tamu ini dilaksanakan secara hibrid dihadiri sekitar 30 mahasiswa semester 4 dan 6 jurusan Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana yang hadir langsung secara tatap muka, serta sebanyak 118 mahasiswa lainnya mengikuti event ini secara online.
Dalam kuliah ini dari Universitas Mercu Buana hadir Ketua Program Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Dr Suraya Muflihun, MSi, Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana Riki Arsendi, Wakil Kepala Biro Humas Dudi Hartono.
Seminar sendiri dipandu oleh Ridho Azlam Ambo Asse yang juga Sekretaris Bidang Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi.