Studi Ungkap Kebiasaan Minum Kopi Turunkan Risiko Kematian: Pakai Gula atau Tidak, Berkafein atau non-Kafein
JAKARTA - Mereka yang minum kopi dalam jumlah sedang, bahkan dengan sedikit gula, mungkin menghadapi risiko kematian yang lebih rendah daripada mereka yang tidak, menurut sebuah penelitian baru-baru ini.
Mengenai penelitian yang diterbitkan Senin di 'The Annals of Internal Medicine', The New York Times melaporkan, "Mereka yang minum 1,5 hingga 3,5 cangkir kopi per hari, bahkan dengan satu sendok teh gula, memiliki kemungkinan 30 persen lebih kecil untuk meninggal selama penelitian, dibandingkan mereka yang tidak minum kopi.
"Mereka yang minum kopi tanpa pemanis 16 hingga 21 persen, lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal selama masa penelitian, dengan mereka yang minum sekitar tiga cangkir per hari memiliki risiko kematian terendah jika dibandingkan dengan yang bukan peminum kopi," ungkap studi tersebut seperti melansir Daily Sabah 2 Juni.
Penelitian ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari Biobank Inggris, database medis besar dengan informasi kesehatan dari orang-orang di seluruh Inggris. Para peneliti menganalisis informasi demografis, gaya hidup, dan diet yang dikumpulkan dari lebih dari 170.000 orang berusia antara 37 dan 73 tahun selama periode tindak lanjut rata-rata tujuh tahun.
Tak hanya itu, studi mengungkap risiko kematian tetap lebih rendah untuk orang yang minum kopi tanpa kafein dan kopi berkafein. Data tersebut tidak meyakinkan bagi mereka yang minum kopi dengan pemanis buatan.
Baca juga:
- Baru Tiba di Tempat Pelatihan, Ratusan Tentara Bayaran Asing Ukraina Tewas Dihantam Senjata Jarak Jauh Rusia
- 100 Hari Invasi: Rusia Duduki 20 Persen Wilayah Ukraina, Presiden Zelensky Berharap Pasokan Senjata Ditingkatkan
- Perayaan Platinum Jubilee, Ratu Elizabeth II Dapat Hadiah Kuda dari Presiden Prancis Emmanuel Macron
- Swedia Bakal Tambah Bantuan Militer untuk Ukraina, Termasuk Rudal Anti-kapal
"Itu besar. Ada sangat sedikit hal yang mengurangi kematian Anda hingga 30%,” kata Dr. Christina Wee, profesor kedokteran di Harvard Medical School dan wakil editor jurnal ilmiah tempat penelitian itu diterbitkan. Wee mengedit penelitian dan menerbitkan editorial yang sesuai di jurnal yang sama.