Menurut Studi, Berhenti Minum Kopi Berisiko pada Kesehatan Mental
Ilustrasi minum kopi (Unsplash/Jenny Ueberberg)

Bagikan:

JAKARTA – Apakah Anda termasuk peminum kopi setiap pagi atau disela bekerja? Menurut studi, mencoba berhenti sama sekali dari kebiasaan tersebut dapat berisiko mengalami sakit kepala, kelelahan, mudah marah, suasana hati memburuk, dan sulit berkonsentrasi.

Dalam buku psikologi bertajuk Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder menuliskan bahwa penghentian kafein secara drastis masuk daftar kondisi kesehatan mental.

Dilansir dari Live Science, Rabu, 17 Maret, efek secara tiba-tiba tidak minum kopi atau secara signifikan berhenti dari kebiasaan minum kopi. Dapat menyebabkan persoalan pada mental yang terkait dengan kondisi fisik juga.

Studi lain yang dilakukan oleh John Hopkins Hospital menelusur tentang cara kerja kopi yang mengandung kafein dalam otak. Ini menjawab pertanyaan mengapa sulit berhenti minum kopi ketika memiliki aktivitas kerja otak.

Penelitian dilakukan pada sejumlah partisipan di Amerika yang rata-rata minum kopi 3 cangkir sehari. Kafein merupakan stimulan untuk memperkuat kerja saraf pusat. Sumber kafein yang paling alami adalah kopi dan teh meski saat ini mulai diproduksi kafein tablet untuk dipergunakan hal serupa.

Sejumlah studi juga mengungkapkan bahwa efek kopi bersifat positif. Seperti studi yang dilakukan pada tahun 2009 dipublikasikan dalam National Library of Medicine.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa 50 miligram kopi dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Baiknya lagi, kopi dapat membakar kalori tanpa melakukan apapun kecuali minum kopi. Untuk merasakan lebih bahagia dan tenang, 100 miligram kopi dapat mereduksi mood buruk dan kecemasan.

Namun, dari dafta-daftar positif dari secangkir atau dua kopi sehari memiliki risiko negatif dengan seseorang yang memiliki kondisi medis tidak fit.

Pertama, terlalu banyak kopi atau mengonsumsi kopi lebih dari 400 miligram dapat membuat jantung berdebar kencang, tubuh bergetar, kepala pusing, dehidrasi, dan masalah pada perut.

Kafein juga akan berpengaruh pada siklus tidur sebab efek kerjanya rata-rata selama 4 jam bagi orang yang terbiasa minum kopi. Bagi seorang wanita yang dalam masa minum pil KB, bahkan efeknya bisa lebih dari 4 jam dan sedangkan bagi seseorang yang merokok akan berefek rata-rata 3 jam.

Lantas, bagi peminum kopi apakah kafein dapat menyebabkan kecanduan? Menurut James Lane, profesor emeritus psikologi di Duke University School of Medicine, Durham, North California, mengonsumsi kafein setiap hari bukan disebut sebagai kecanduan.

“Penggunaan kafein dapat diterima secara sosial, dan karena orang mengonsumsinya dalam jumlah besar tidak dianggap bertindak seperti pecandu,” kata Lane.

kecanduan kopi adalah
Ilustrasi membuat kopi (Unsplash/Mike Marquez)

Dr. Peter Martin, profesor psikiatri dan farmakologi di Vaderbilt University School of Medicine dan direktur dari Institute for Coffee Studies di Nashville menambahkan, kafein tidak terlalu membuat ketagihan.

“Kafein memiliki efek samping yang kecil jika dibandingkan dengan obat-obatan adiktif,” terang Martin.

Seseorang mungkin mengatakan ‘saya kecanduan kopi’ untuk menggambarkan kebiasaan mereka akan kafein. Cara kerjanya dalam otak mirip seperti molekul adenosin yang mentransimikan impuls saraf di otak.

Molekul adenosin yang diikat reseptor dapat membuat kantuk, memperlambat aktivitas sel saraf, dan meningkatkan relaksasi. Sedangkan molekul kafein menggantikan adenosin, mengikat reseptor yang sama dan memblokir tindakan adenosin yang memicu kantur dan mempercepat aktivitas sel saraf.

Karena berefek positif, berbagai produk menggunakan kopi yang berkafein. Mulai dari produk make up, sabun, sampo, losion, minyak wangi, krim mata hingga obat sakit kepala dan pereda nyeri menstruasi.

Terkait