Taksi Express Milik Konglomerat Peter Sondakh Cuma Raup Pendapatan Rp7,26 Miliar di 2021 tapi Bisa Raih Laba Rp188 Miliar, Kok Bisa?
JAKARTA - Perusahaan taksi dari Rajawali Grup milik konglomerat Peter Sondakh, PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) membukukan pendapatan sebesar Rp7,26 miliar pada 2021. Pendapatan TAXI tersebut turun 66,28 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp21,54 miliar.
Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat 3 Juni, TAXI mendapat pemasukan dari jasa kendaraan taksi mencapai Rp100,47 juta, anjlok dari kinerja 2020 senilai Rp15,34 miliar. Pemasukan sewa kendaraan Rp560,45 juta, turun dari Rp3,58 miliar, dan suku cadang Rp73,30 juta, menurun dari Rp514,26 juta, serta lain-lain Rp6,52 miliar, meningkat dari sebelumnya Rp2,1 miliar.
Seiring menurunnya pendapatan, beban pokok perusahaan taksi 'Express Group' ini ikut terpangkas dari sebelumnya Rp95,43 miliar, menjadi Rp22,46 miliar. Dengan demikian, perseroan mencatatkan rugi kotor senilai Rp15,20 miliar, lebih rendah dari posisi rugi tahun 2020 sebesar Rp73,89 miliar.
Meski pendapatan menurun, perseroan mampu memaksimalkan penghasilan lain dari pos keuntungan penghapusan utang yang memberi pemasukan senilai Rp169,84 miliar. Adapun penghasilan lain-lain juga menyumbang pemasukan Rp38,57 miliar, sehingga laba sebelum pajak TAXI mencapai Rp180,17 miliar, dengan laba neto tahun berjalan Rp188,61 miliar.
Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp188,63 miliar pada tahun 2021. Kinerja tersebut meningkat cukup signifikan dari rugi bersih yang dicapai pada akhir 2020 senilai Rp51,97 miliar.
Per 31 Desember 2021, jumlah aset TAXI mencapai Rp91,04 miliar, terdiri dari aset lancar Rp81,64 miliar, dan aset tidak lancar Rp9,39 miliar. Posisi aset menyusut 62,58 persen dari sebelumnya Rp243,30 miliar.
Hal ini terjadi karena ada penurunan aset tetap sebesar 89,9 persen akibat penjualan aset tetap grup berupa tanah, bangunan, dan sebagian besar armada yang merupakan jaminan atas utang obligasi.
Baca juga:
- Harga Pertalite Bakal Naik Disinyalir Bikin Argo Taksi Jadi Mahal, Dirut Blue Bird Sigit Djokosoetono: Belum Tentu, Tak Selalu Kenaikan BBM Bikin Tarif Dinaikkan
- Menginjak Usia 50 Tahun, Perusahaan Taksi Blue Bird Milik Konglomerat Purnomo Prawiro Pasang Target Kurangi 50 Persen Emisi Karbon di 2030
- Blue Bird, Perusahaan Taksi Milik Konglomerat Purnomo Prawiro Cuma Raup Laba Rp8,7 Miliar, padahal Pendapatan Rp2,2 Triliun di 2021
"Sebagian besar jaminan tersebut telah dijual untuk membayar amortisasi utang obligasi konversi sampai dengan akhir tahun 2020. Penjualan atas jaminan yang masih ada telah diselesaikan pada bulan Agustus 2021 sebagai bagian dari pembayaran atas bunga tertunggak obligasi dan dendanya," kata Corporate Secretary TAXI, Johannes B.E. Triatmojo.
Rekening penampungan (escrow account) juga menyusut 99,9 persen karena perseroan melakukan distribusi atas hasil penjualan sisa jaminan obligasi kepada para pemegang obligasi konversi di mana dana tersebut diambil dari rekening penampungan.
Liabilitas menurun dari sebelumnya Rp763,62 miliar, menjadi Rp14,97 miliar. Ini terjadi karena adanya penurunan utang obligasi. Adapun ekuitas TAXI mencapai Rp76,06 miliar, meningkat dari nilai ekuitas yang sebelumnya negatif.
Posisi kas dan setara kas akhir tahun 2021 TAXI sebanyak Rp16,01 miliar, lebih rendah dari posisi kas akhir 2020 senilai Rp22,46 miliar.