JAKARTA - PT Blue Bird Tbk (Bluebird) berkomitmen mewujudkan agenda visi berkelanjutan 50/30 di usianya yang akan menginjak ke-50 tahun pada Mei mendatang. Visi tersebut merupakan gambaran dari strategi perusahaan milik konglomerat Purnomo Prawiro ini dalam mengurangi 50 persen emisi karbon dan buangan operasional di 2030.
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menjelaskan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, khususnya transportasi yang berkelanjutan, pemerintah memerlukan dukungan dan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelaku bisnis.
Melalui visi keberlanjutan 50/30, Sugit berharap Bluebird dapat membuktikan komitmen perusahaan dalam mengurangi 50 persen emisi karbon dan limbah operasional di tahun 2030 dan menerapkan ke dalam tiga pilar sisi keberlanjutan yaitu BlueSky, BlueLife dan BlueCorps.
Melalui pilar BlueSky, kata Sigit, Bluebird menunjukkan kontribusinya dalam perbaikan kualitas lingkungan dengan menargetkan beberapa komitmen nyata pada tahun 2030 melalui transformasi armada kendaraan listrik sebesar 10 persen.
"Transformasi armada kendaraan berbahan bakar CNG (gas bumi terkompresi) sebesar 23 persen serta implementasi panel surya sebagai alternatif energi demi mencapai target pengamatan sebesar 150.000 kWH," tuturnya.
Sigit mengatakan prinsip efisiensi listrik juga telah diadopsi oleh perusahaan baik di kantor pusat, maupun di pool Armada melalui implementasi penghematan energi pada non-jam kerja.
"Di kantor pusat perusahaan memaksimalkan pencahayaan dari luar selama jam kerja melalui inisiasi ini telah mengurangi penggunaan energi berturut-turut selama 2 tahun terakhir hingga 17 persen," ucapnya.
BACA JUGA:
Sementara melalui pilar BlueLife, Bluebird berkomitmen meningkatkan kualitas kehidupan sosial melalui Bluebird Peduli, Bluebird Academy, Asrama Perempuan di lokasi kerja dan Kawan Bluebird.
"Melalui pilar Bluecorps, Bluebird terus mengupayakan peningkatan kualitas tata kelola bisnis perusahaan," tuturnya.
Sigit mengatakan Bluebird percaya tata kelola perusahaan yang baik dapat membawa nilai yang besar bagi para pemangku kepentingan.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan bahwa dalam mendukung pembangunan nasional, pembangunan infrastruktur transportasi harus berpegang pada prinsip berkelanjutan.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan perubahan karakteristik transportasi di tengah masyarakat juga menuntut perbaikan layanan yang lebih baik dengan cepat.
"Pembangunan sistem transportasi tidak hanya fokus pada aspek biaya dan layanan melainkan juga harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan sistem transportasi berkelanjutan membatasi emisi atau limbah dan bisa meminimalisir konsumsi sumber daya yang tidak terbarukan," ucapnya.