Bagikan:

JAKARTA - Kinerja PT Blue Bird Tbk di tahun 2020 terhantam pandemi COVID-19. Perusahaan taksi berkode saham BIRD tersebut mencatatkan kerugian miliaran rupiah di tahun tersebut.

Mengutip laporan keuangan Blue Bird, Rabu 31 Maret, perusahaan milik konglomerat Purnomo Prawiro ini mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp2,05 triliun sepanjang tahun 2020 lalu. Namun nilai tersebut merosot hampir 50 persen dari perolehan tahun 2019 yang senilai Rp4,05 triliun.

Pendapatan dari kendaraan taksi masih menjadi kontribusi terbesar Rp 1,54 triliun dan penyumbang terbesar lainnya dari sewa kendaraan senilai Rp 520,94 miliar. Kemudian pendapatan dari sewa gedung senilai Rp 4,47 miliar dan komisi lelang menyumbang Rp 14,82 miliar.

Beban langsung BIRD juga mengalami penurunan 42,03 persen beban langsung dari sebelumnya Rp2,95 triliun pada 2019 menjadi Rp1,71 triliun. Dengan demikian, Blue Bird mengantongi laba kotor Rp334,51 miliar atau menyusut 96,94 persen dari tahun 2019.

Di pos beban usaha tercatat sebesar Rp561,53 miliar atau turun dari tahun 2019 sebesar Rp371,95 miliar. Selain itu, beban bunga BIRD meningkat 29,43 persen dari 80,86 miliar menjadi Rp104,66 miliar. Perusahaan juga menanggung rugi pelepasan aset sebesar Rp34,83 miliar serta beban lain-lain senilai Rp53,51 miliar.

Alhasil Blue Bird harus menanggung rugi tahun berjalan sebesar Rp163,18 miliar. Padahal pada tahun 2019 mereka masih mencatatkan laba bersih Rp315,62 miliar.

Dari sisi aset, Blue Bird mencatatkan penurunan total aset menjadi Rp7,25 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp7,42 triliun. Rinciannya, total aset lancar perseroan meningkat menjadi Rp1,24 triliun naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp938,7 miliar.

Kenaikan aset lancar ini terutama karena perseroan meningkatkan posisi kas dan setara kas menjadi Rp798,85 miliar, naik dari posisi 2019 yang sebesar Rp462,94 miliar.

Total aset tidak lancar perusahaan berlambang burung biru ini menurun menjadi Rp6,01 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,48 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan aset tetap yang berubah menjadi Rp5,66 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp6,18 triliun.