PMK di Mataram NTB Melonjak Jadi 82 Kasus, Paling Banyak Terpapar Ternak Sapi
MATARAM - Dinas Pertanian mencatat kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kota Mataram per hari ini naik menjadi 82 kasus. Setelah sebelumnya pada 30 Mei, PMK di daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) ini berjumlah 57 kasus.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram Dijan Riyatmoko menyebutkan, sebanyak 82 kasus PMK tersebut terdiri atas 82 kasus pada sapi dan 1 kasus menyerang kambing.
"Dari 82 kasus PMK itu, sebanyak 24 ternak sapi dinyatakan sudah sembuh bahkan sudah ada yang dijual. Jadi yang masih diisolasi untuk perawatan sebanyak 58 ekor, 1 ekor kambing dan sisanya sapi," katanya di Mataram, Senin 30 Mei.
Menurutnya, sebanyak 82 kasus PMK yang ditemukan di Kota Mataram itu tersebar pada lima kecamatan yakni Kecamatan Sandubaya, Cakranegara, Mataram, Selaparang, dan Kecamatan Sekarbela.
"Sedangkan di Kecamatan Ampenan, sampai hari ini belum ditemukan kasus PMK," kata Dijan.
Menurutnya, kendati jumlah kasus PMK yang ditemukan di Mataram terus meningkat, namun Kota Mataram belum masuk zona merah virus PMK sebab jumlah ternak yang terpapar masih di bawah 100 ekor. "Kita ini statusnya masih zona kuning menuju merah," ujarnya.
Baca juga:
- Ini 5 Kategori Orang Terpapar Cacar Monyet, Awas Bisa Menular Lewat Droplet dan Cairan Tubuh!
- Vaksin Nusantara Bikinan Dokter Terawan Dipublikasi di Jurnal Internasional, Dokter RSPAD: Kualitasnya Tidak Perlu Diragukan
- Setelah Argentina, Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Irlandia
- Kementan Mulai Produksi Vaksin Penyakit Mulut dan Kuku
Dia mengatakan, untuk mencegah terjadinya penyebaran virus PMK ke ternak milik peternak di Kota Mataram, pihaknya telah melakukan upaya pencegahan secara maksimal.
"Kita sudah melakukan pengawasan dan pemantauan secara ketat, agar virus PMK ini tidak menyebar. Kita bahkan sampai kewalahan," kata Dijan.
Ternak yang terpapar virus PMK diisolasi diberikan vitamin dan obat-obatan dengan stok yang sangat terbatas. "Untuk obat-obatan, kita dapat bantuan dari Dinas Provinsi NTB," katanya.
Di sisi lain, Dijan bersyukur para peternak bisa kooperatif dalam menjaga ternaknya agar tidak tertular PMK. Bahkan perternak selektif saat melepas dan memasukkan ternaknya ke kandang.
"Peternak kini tidak mau melepas ternak di tempat sembarangan begitu juga saat memasukkan ternaknya tidak mau ke kandang sembarangan. Kandangnya pun sudah disemprot dengan cairan disinfektan," tandasnya.