Sempat Naik, Kasus COVID-19 Mingguan Usai Libur Lebaran Turun Lagi
JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menuturkan kasus COVID-19 mingguan usai periode libur Lebaran tahun ini sempat mengalami kenaikan lalu kembali turun pada pekan terakhir.
Pada 3 pekan lalu, kasus yang mulanya hanya bertambah sekitar 1.300 kasus, sedikit mengalami kenaikan menjadi 2.300 kasus pada dua pekan lalu. Kemudian, pada sepekan lalu angkanya kembali menurun pada kisaran 1.500 kasus.
"Kenaikan kasus yang sempat terjadi cenderung tidak signifikan jika dibandingkan dengan kenaikan kasus yang telah kita alami pada periode libur panjang sebelumnya," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Jumat, 27 Mei.
Wiku juga menyebut terdapat penurunan jumlah provinsi yang mengalami kenaikan kasus. Pada tanggal 15 Mei lalu, terdapat 24 provinsi yang mengalami kenaikan kasus mingguan di tengah penurunan kasus positif nasional.
Sementara pada pekan, ini provinsi yang mengalami penurunan kasus positif sudah jauh lebih sedikit, yakni 10 provinsi.
"Per tanggal 22 Mei 2002 hanya terdapat 10 provinsi yang mengalami kenaikan kasus dan yang kenaikannya tertinggi adalah Maluku, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Aceh, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, dan Gorontalo," ucap Wiku.
Ada pun kenaikan kasus pada provinsi-provinsi ini juga cenderung kecil, yaitu pada kisaran 1 hingga 16 kasus dalam satu minggunya.
Baca juga:
Wiku menuturkan adanya fluktuasi pada jumlah orang yang dites pada 4 Pekan terakhir, dengan adanya sedikit kenaikan pada minggu kedua bulan Mei pascaperiode mudik.
Di tengah kondisi testing yang dianggap cukup memadai, positivity rate atau jumlah kasus pada keseluruhan orang yang dites pada level nasional konsisten menunjukkan tren penurunan.
"Positivity rate mingguan nasional pada pekan terakhir adalah sebesar 0,33 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan angka mingguan terendah yang pernah kita capai pada Desember tahun 2021 silam, yang bahkan sempat berada di bawah 0,1 persen," ungkap Wiku.