Gagal di Medan Perang Ukraina hingga Kapal Perangnya Ditenggelamkan, Presiden Putin Pecat Sejumlah Jenderal Senior Rusia
JAKARTA - Presiden Vladimir Putin terpaksa memecat beberapa jenderal militer paling berpengalaman dan senior Rusia, sebagai tanda meningkatnya ketegangan dan ketidakharmonisan internal atas taktik perangnya.
Tokoh-tokoh Angkatan Darat Rusia dijadikan kambing hitam untuk misi Kremlin yang goyah lantaran taktik perangnya di Ukraina tidak berjalan mulus, menurut intelijen Inggris.
Dua belas minggu setelah pemimpin Rusia memerintahkan pasukan dan tank melintasi perbatasan, rencananya untuk merebut kota-kota utama dan wilayah yang luas berada di belakang jadwal.
Setelah membatalkan usahanya untuk merebut Kyiv pada Bulan Maret, pasukan Rusia mengalami pukulan memalukan lainnya bulan ini, setalah upayanya untuk menguasai Kharkiv gagal.
Dalam pembaruan intelijen yang dikeluarkan di Twitter, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, ketidakpuasan Presiden Putin dengan kemajuan keseluruhan terbukti dengan pemecatannya terhadap tokoh-tokoh militer.
Tindakannya kemungkinan telah memicu ketakutan di antara personel militer Rusia lainnya yang, dalam upaya untuk menghindari kesalahan, mungkin menahan diri untuk membuat keputusan besar.
"Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia telah memecat komandan senior yang dianggap berkinerja buruk selama tahap awal invasi ke Ukraina," kata Kementerian Pertahanan, melansir The National News 19 Mei.
"Budaya menutup-nutupi dan mengkambinghitamkan mungkin lazim dalam sistem militer dan keamanan Rusia. Banyak pejabat yang terlibat dalam invasi ke Ukraina mungkin akan semakin terganggu, oleh upaya untuk menghindari kesalahan pribadi atas kemunduran operasional Rusia."
Ini mungkin akan "menimbulkan tekanan lebih lanjut pada model komando dan kontrol terpusat Rusia, karena para perwira semakin berusaha untuk menunda keputusan penting kepada atasan mereka. Akan sulit bagi Rusia untuk mendapatkan kembali inisiatif dalam kondisi ini," kata Kementerian Pertahanan.
Kementerian mencatat, Letnan Jenderal Serhiy Kisel, yang memimpin Pasukan Tank Pengawal 1 elit, diskors karena misinya yang gagal untuk merebut kota timur Kharkiv, yang berjarak 40 kilometer dari perbatasan Rusia.
Wakil Laksamana Igor Osipov, yang memimpin Armada Laut Hitam Rusia, mungkin juga diskors setelah tenggelamnya Kapal Jelajah Rudal Moskva pada Bulan April, sebut Kementerian Pertahanan.
Kapal itu telah memimpin serangan Angkatan Laut Rusia di Ukraina. Tenggelamnya kapal tersebut merupakan pukulan besar bagi Moskow. Moskva tenggelam pada 14 April, setelah dihantam oleh dua rudal anti-kapal Ukraina. Moskow mengatakan kapal itu tenggelam setelah kebakaran di atas kapal.
Sementara itu, Jenderal Valery Gerasimov, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia dan Wakil Menteri Pertahanan Pertama, kemungkinan akan selamat dari pemecatan petinggi Presiden Putin, kata Kementerian Pertahanan.
Namun, Kementerian mencatat tidak jelas apakah Jenderal Gerasimov 'mempertahankan kepercayaan Presiden Putin' 12 minggu setelah invasi.
Baca juga:
- Ejek Klaim Laser Rusia yang Mampu Lumpuhkan Drone Sejauh 5Km dalam Lima Detik, Presiden Zelensky: Senjata Ajaib
- Jumlah Pejuang Mariupol yang Menyerahkan Diri Jadi 959 Orang, Pejabat Ukraina: Negara Melakukan Upaya Maksimal
- Bukan Cuma Ustaz Abdul Somad, Pendeta Amerika Serikat Ini Dilarang Berkhotbah di Singapura Karena Menyinggung Umat Islam
- Sindir Uji Coba Senjata Hipersonik AS, Rusia: Uji Coba Mereka Tidak Mencapai Mach 5, Rudal Kinzhal Kami Mencapai Mach 8
Terpisah, Oleksiy Arestovych, seorang veteran intelijen militer dan salah satu lingkaran dalam Presiden Volodymyr Zelenskyy, pekan lalu mengklaim bahwa Jenderal Gerasimov telah digulingkan dari jabatannya.
"Mereka memutuskan apakah akan memberinya waktu untuk memperbaiki keadaan, atau tidak," kata Arestovych kepada pengacara dan politisi Rusia Mark Feygin selama diskusi di YouTube.
Arestovych juga mengklaim bahwa Letnan Jenderal Kisel telah ditangkap dan dipecat setelah operasi Angkatan Darat Rusia di Kharkiv gagal.
Diketahui, intelijen Barat berulang kali mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina terlambat dari jadwal dan tidak berjalan sesuai rencana Moskow.