Desak Barat Sediakan Senjata untuk Melawan Rezim Militer, Pemerintah Bayangan Myanmar: Akhiri Revolusi Lebih Cepat

JAKARTA - Kepala pertahanan pemerintah bayangan Myanmar meminta bantuan internasional, untuk mempersenjatai pasukan perlawanannya menghadapi militer yang berkuasa, meminta dukungan yang serupa dengan yang diberikan kepada Ukraina untuk menghadapi invasi Rusia.

Orang-orang Ukraina dan milisi pro-demokrasi Myanmar semuanya berjuang untuk kebebasan dan memberikan hidup mereka, tetapi mereka yang mengambil tentara Myanmar yang diperlengkapi dengan baik membutuhkan lebih dari sekadar solidaritas internasional, kata Yee Mon, menteri pertahanan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG).

"Sikap masyarakat internasional untuk Myanmar adalah dukungan moral bagi kami dan kami berterima kasih untuk itu. Kami akan jauh lebih menghargai jika kami mendapatkan dukungan fisik seperti senjata dan dana," katanya dalam sambutan tulisan tangan yang diberikan kepada I, seperti dikutip 18 Mei.

"Dengan dukungan itu, kita akan dapat mengakhiri revolusi lebih cepat, meminimalkan hilangnya orang dan harta benda mereka," sambungnya.

Sekutu Barat telah mempersenjatai pejuang di Ukraina untuk melawan invasi Rusia, yang disebut Moskow sebagai "operasi khusus". Sementara, Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta awal tahun lalu, dengan PBB mengatakan lebih dari 560.000 orang telah mengungsi akibat pertempuran.

NUG, aliansi kelompok anti-junta, mendeklarasikan "perang defensif rakyat" di pedesaan tahun lalu untuk menahan upaya militer mengkonsolidasikan kekuasaan, setelah tindakan keras mematikan selama berbulan-bulan terhadap protes pro-demokrasi.

Adapun rezim militer Myanmar yang dipimpin oleh Jenderal Senior Min Aung Hlaing telah menyatakan NUG sebagai "teroris".

Milisi kebanyakan bersenjata ringan, menggunakan senapan yang belum sempurna dan bahan peledak buatan sendiri untuk melawan militer yang diperlengkapi dengan baik, yang telah dituduh oleh PBB menggunakan senjata berat dan serangan udara terhadap penduduk sipil.

Seorang juru bicara junta tidak menanggapi panggilan telepon yang meminta komentar.

Terpisah, Delegasi Uni Eropa di Yangon tidak segera menanggapi permintaan komentar atas telepon Yee Mon.

Sementara, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan dalam email, Amerika Serikat terus menekan junta untuk mengakhiri kekerasan dan bekerja dengan mitra untuk memulihkan jalan negara menuju demokrasi, tetapi tidak memberikan senjata atau bentuk dukungan militer apa pun kepada kelompok, individu, atau organisasi.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus menyatukan situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.