Tangan Dingin Bupati Flotim Anton Hadjon Muluskan Program Air Bersih di Lamahelan: 19 Tahun 'Mangkrak,' Sempat Diusir Saat...

LARANTUKA - Kerinduan masyarakat di Desa Lamahelan, Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), tuntas sudah saat semburan air bersih muncul dari pipa panjang yang akan mengalir ke beberapa bak penampungan desa. 

Bukan setahun dua tahun kerinduan itu muncul. Warga desa sudah menanti kurang lebih 19 tahun, delapan bulan agar air bersih bisa mengalir lancar. Cerita-cerita getir seperti membasuh muka atau mandi menggunakan sumber air dari batang pisang hingga uang jutaan rupiah untuk membeli air kini sudah hilang.  

Kerja keras dan tuntas memuluskan air masuk desa bagi masyarakat Lamahelan tidak lepas dari tangan dingin Bupati Flores Timur (Flotim), Antonius Hubertus Gege Hadjon. Pendekatan dengan tetua desa, kepala suku hingga masyarakat, intens dilakukan agar proyek air bersih bisa terealisasi. 

"Air ini urusannya tidak main-main. Saya dan Wakil Bupati sempat diusir saat koordinasi atau membangun komunikasi dengan pihak terkait. Karena kalau kita bicara air maka kita bicara soal lewo (Kampung). Kita bicara tentang orang pintar kita bicara tentang kesehatan. Kalau kita bicara kesehatan maka air menjadi salah satunya," ujar Bupati Anton saat ditemui VOI, Jumat, 13 Mei.

Bupati Flores Timur (Flotim), Antonius Hubertus Gege Hadjon (Istimewa)

Kepedulian soal air ini rupanya tidak muncul tiba-tiba saat dirinya menjabat Bupati Flotim. Saat duduk di pimpinan DPRD Flotim, politisi PDI Perjuangan ini, sudah vokal agar proyek distribusi air bersih bisa masuk ke desa-desa di Ile Boleng. Sayangnya, dari Musrenbang ke Musrenbang yang digelar, rencana ini tak kunjung terealisasi.

"Sehingga waktu jadi bupati, tekat ini melalui misi nomor dua selamatkan infrastruktur Flores Timur dengan menjawab kebutuhan dasar, jalan, air dan listrik selain infrastruktur pendidikan dan kesehatan harus terjawab," terang Anton.

Upacara seremonial adat penerimaan air digelar pada Kamis, 5 Mei pekan lalu. Selain Bupati Anton, hadir pula Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, para ketua adat dan ribuan masyarakat di Desa Helan Langowuyo dan Hokohorowura. Untuk sumber mata air yang mengalir ke Desa Lamahelan berasal dari Desa Helan Langowuyo, dan Hokohorowura Kecamatan Adonara Tengah.

Proyek pengerjaan air di Ile Boleng rupanya sudah dilakukan beberapa kali di periode pemerintahan sebelumnya namun berakhir gagal. Bahkan, sambung Bupati Anton, pernah pipa-pipa yang dipasang oleh pengembang dibongkar karena terseret masalah hukum. 

Selain itu, penggunaan sumber mata air dari desa lain untuk Desa Lamahelan selalu menemui rintangan alias ditolak. Bupati Anton pun mengambil inisiatif untuk memenmui kepala-kepala suku, memberikan pemahaman hingga negosiasi agar mata air milik mereka bisa digunakan. 

"Jadi saya gunakan pendekatan adat, termasuk harus menjawab kebutuhan mereka (warga desa), karena mereka ini kan saudara. Misalnya, saya buat akses jalan yang lebih mudah ke sumber mata air atau bantuan-bantuan lainnya," 

"Kadang dalam perjalanan, karena permainan pihak tertentu apa yang sudah direncanakan tiba-tiba mendapat penolakan. jadi bermacam-macam tantangan," ujar Anton.

Lamahelan jadi Titik Awal, Air Harus Masuk ke Semua Desa

Bupati Flores Timur (Flotim), Antonius Hubertus Gege Hadjon menyebutkan, masuknya air ke Desa Lamahelan merupakan titik awal agar semua desa di Ile Boleng bisa mendapatkan akses air bersih. Dalam setahun ini, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) akan melakukan pendampingan ke warga untuk pengelolaan dan perawatan. 

Bila sudah memungkinkan PDAM akan mengambil sepenuhnya pengelolaan air tersebut. Bupati Anton melanjutkan, untuk suntikan air ke desa-desa akan diupayakan lebih lanjut.

"Nanti kita suntik lagi sumber airnya. Sumbernya misalnya air dari Waiwerang bisa. Tapi kita kasih ke PDAM saja yang kelola supaya tahun depan bisa masuk ke desa lain," ujar Anton.

Nah, sambil menunggu mata air sebagai sumber pemasok ke desa-desa, Pempkab Flotim sepanjang 5 tahun ini sudah merealisasikan proyek sumur bor yang berasal dari Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). 

Pamsimas merupakan program dari pusat yang diakui Anton sangat bermanfaat. Menjelang akhir masa kepemimpinannya, Bupati Anton mengaku sudah menghadirkan Pamsimas lewat pengerjaan sumur bor di 139 desa.

"Mungkin semua desa di Ile Boleng sudah mendapatkan Pamsimas. Dalam lima tahun ini saya lihat program ini bagus, ini program pusat dia bisa masuk ke kabupaten. Sudah 139 desa yang sudah kita layani persoalan kebutuhan mata air dengan pola Pamsimas dengan sumur bor," demikian Anton.