Prediksi Flitch Setelah Terra Runtuh: Akan Percepat Permintaan Regulasi

JAKARTA – Sebuah lembaga pemeringkat kredit asal Amerika Serikat, Flitch Ratings, mengatakan bahwa dengan runtuhnya proyek Terra akan “mempercepat permintaan untuk regulasi”. Salah satu lembaga pemeringkat kredit “tiga besar” tersebut mengatakan bahwa pelepasan stablecoin UST  telah membuka sifat rapuh dari stablecoin yang dipatok dollar AS.

Dilansir U.Today. harga cryptocurrency LUNA, yang kapitalisasi pasarnya berada di lebih dari 42 miliar dollar AS atau sekitar Rp609,6 bulan lalu, turun di bawah satu sen sebelumnya hari ini. Keruntuhan besar-besaran mendorong Binance untuk menghapus kontrak abadi LUNA dengan margin koin. Beberapa bursa lain juga menarik stekernya.

Pasokan mata uang kripto LUNA sudah mengalami peningkatan 20 kali lipat dalam kurun waktu hanya empat hari. Token tersebut menggembung jadi 7,1 miliar token. Token tersebut saat ini tidak lagi berada dalam 300 koin terbesar teratas dengan valuasinya hanya sekirtar Rp711 miliar. Token tersbit saat ini menempati posisi ke-392.

Seharusnya, dengan pertumbuhan eksponensial pasokan LUNA ini akan baik untuk UST. Namun, stablecoin yang saat ini diperangi berada jauh untuk merebut kembali pasaknya. Setelah reli bantuan yang sangat pendek kemarin ke angka 0,83 dollar AS, stablecoin tersebut merosot ke angka 0,43 dollar AS.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengulangi kekhawatiran terhadap Terra pada hari Kamis lalu. Ia mengklaim bahwa puncaknya adalah “demonstrasi risiko kehidupan nyata” terkait dengan stablecoin. Flitch sendiri pada bulan Desember lalu mengatakan bahwa stablecoin akan menghadapi “tantangan struktural yang belum teruji dan unik.

Sesudah UST runtuh, sekarang Dai (DAI) masih menjadi stablecoin terdesentralisasi terbesar dengan kapitalisasi pasar Rp89,9 triliun. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa DAI sebagian masih terpusat karena Circle's USD Coin (USDC) berfungsi sebagai jaminan nomor satu.