Anak Diktator Filipina Jadi Presiden, Denny Siregar: Makanya Jangan Capek Gunakan Medsos untuk Edukasi Politik
JAKARTA - Pegiat media sosial Denny Siregar menilai kondisi sosial politik di Indonesia memiliki kemiripan dengan negara tetangga Filipina. Dia pun menyerukan edukasi di media sosial untuk mendidik masyarakat agar melek politik.
Denny berkaca kepada Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong yang memenangi Pemilihan Presiden Filipina 2022.
Bongbong merupakan anak mendiang diktator Ferdinand Marcos yang pernah berkuasa selama 36 tahun di Filipina hingga akhirnya diruntuhkan oleh revolusi rakyat.
"Makanya, jangan pernah capek gunakan media sosial untuk kasih edukasi politik pada masyarakat," kata Denny dalam akun Twitternya, @Dennysiregar7, Kamis 12 Mei.
Menurut Denny, masa depan bangsa Indonesia ada di tangan anak muda. Sebagai generasi yang menjadi cikal bakal pengganti tokoh bangsa maka sudah sepatutnya anak muda memberikan edukasi politik yang baik di media sosial.
"Karena yg menentukan arah bangsa ini ke depan, ya kita juga," imbuhnya.
Baca juga:
- Ruhut Sitompul Unggah Foto Anies Baswedan Pakai Koteka, Roy Suryo Kesal, di Medsos Tagar Ruhut Langgar UU ITE Trending
- Paulus Waterpauw Resmi Jadi PJ Gubernur Papua Barat, Situasi Manokwari Kondusif
- Mahfud MD Mengaku Konsisten Sejak 2017 Dorong DPR Cepat Bikin UU untuk Pelaku LGBT dan Zina
- Acara PDIP Jateng Tak Ada Ganjar Pranowo Sikap Jelas Megawati Usung Puan Maharani, Pengamat: Mau Tak Mau Ganjar Cari Partai Lain
Denny pun berkelakar ajakannya itu seperti Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Musni Umar yang kerap kritis terhadap jalannya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Gua udah kayak musni umar belon?" ujar Denny.
Seperti diketahui, Ferdinand Marcos Jr menjadi presiden terpilih Filipina setelah mengalahkan rival terberatnya mantan Wakil Presiden Leni Robredo. Kini Filipina kembali dikuasi dinasti Marcos.
Ferdinand Marcos sempat diasingkan ke Hawaii tak lama setelah kekuasaanya di Filipina berakhir. Sejak kepergian Marcos dan keluarganya pada 1986 itu, Filipina bebas dari pemerintahan otokratik.
Namun, Bongbong memutuskan kembali ke Filipina pada 1991. Kembali mengikuti jejak ayahnya masuk dunia politik, Bongbong lantas duduk di kursi Kongres hingga Senat.