Bilqis Prasista dan 4 Kekurangan untuk Jadi Pemain Top Dunia

JAKARTA – Bilqis Prasista mengakui dirinya masih banyak punya kekurangan untuk menjadi pemain top dunia. Namun, dia siap untuk memperbaiki itu.

Setidaknya ada empat hal penting yang harus terus dikembangkan tunggal putri Indonesia itu. Hal ini terlihat saat Bilqis kalah dari wakil China He Bingjiao di partai ketiga perempat final Piala Uber 2022 antara Indonesia dengan China.

Di laga itu, buah hati legenda bulu tangkis nasional Joko Suprianto dan Zelin Resiana itu sebenarnya bermain bagus. Ia sukses memenangi gim pertama sebelum kalah pada dua gim berikutnya.

"Saya sudah bisa bermain baik. Cuma konsistensinya belum bisa terjaga, (harus) main tanpa beban, menikmati pertandingan, dan yakin dengan kemampuan diri sendiri. Itu menjadi hal utama untuk bisa memenangkan pertandingan," kata pemain kelahiran 2003 tersebut.

Kekalahan melawan He Bingjiao merupakan satu-satunya kekalahan yang didapat Bilqis dari empat laga yang ia mainkan selama debutnya di ajang beregu putri paling bergengsi itu.

Sebelumnya, ia berhasil melewati babak penyisihan grup dengan sempurna. Ia mengalahkan wakil Prancis Yaelle Hoyaux di laga pertama dan kemudian menang atas tunggal Jerman Florentine Schoffski di laga kedua.

Puncaknya, ia berhasil membuat kejutan dengan menumbangkan pebulu tangkis nomor satu dunia Akane Yamaguchi dalam laga straight set.

Kemenangan itu membuat Bilqis menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Namanya menjadi buah bibir di media sosial dan disebut-sebut sebagai oase di tengah krisis prestasi tunggal putri Indonesia.

Namun, bagi Bilqis, ia merasa belum punya apa-apa setelah kemenangan sensasional itu. Ia mengaku, putaran final Piala Uber Cup tahun ini ia banyak mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang penting untuk kariernya ke depan.

"Saya harus berlatih lebih keras untuk meningkatkan kemampuan dan bisa banyak bertanding di turnamen level kecil dulu untuk mendongkrak rangking saya yang masih di 300-an," katanya.

Bagi Indonesia, kekalahan di perempat final melawan China ini mengulang kegagalan Uber Cup di edisi sebelumnya 2019 lalu. Ketika itu Indonesia juga kandas di babak yang sama pasca kalah dari Thailand.