Taiwan Kembangkan Rudal Baru, Mampu Menjangkau Mayoritas Pangkalan Komando Teater Timur Militer China

JAKARTA - Taiwan sedang mengembangkan rudal yang dapat menyerang pangkalan udara musuh dan menjatuhkan rudal jelajah, serta pesawat tak berawak yang dapat menargetkan lokasi penembakan mereka, menurut sebuah laporan oleh badan milik militer yang membuat senjata tersebut.

Taiwan tahun lalu menyetujui 240 miliar dolar Taiwan atau sekitar Rp118.491.220.583.999 dalam pengeluaran militer tambahan selama lima tahun ke depan, seiring ketegangan dengan China yang mengklaim pulau itu sebagai wilayahnya sendiri, telah mencapai puncak baru.

Diketahui, pesawat militer China telah berulang kali terbang menerobos melalui zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, atau yang dikenal dengan sebutan ADIZ.

Taiwan berencana untuk menggandakan lebih dari dua kali lipat kapasitas produksi rudal tahunannya menjadi mendekati 500 tahun ini, kata kementerian pertahanan pulau itu bulan lalu, saat negara itu meningkatkan kekuatan tempurnya.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat memeriksa kesiapan militernya. (Wikimedia Commons/中華民國總統府)

Dalam sebuah laporan kepada parlemen yang salinannya ditinjau oleh Reuters, Institut Sains dan Teknologi Nasional Chung-Shan milik militer menawarkan rincian lebih lanjut, tentang apa yang bisa dilakukan rudal dan drone yang sedang dikembangkannya dalam perang.

Rudal serangan darat Hsiung Sheng, yang menurut para ahli dapat memiliki jangkauan hingga 1.000 km, hadir dalam dua versi: satu dengan hulu ledak daya ledak tinggi untuk menghantam bunker dan pusat komando yang diperkeras, dan lainnya dengan amunisi 'penyebaran' untuk menghancurkan fasilitas lapangan terbang.

Chieh Chung, seorang peneliti di Yayasan Kebijakan Nasional yang berbasis di Taipei, mengatakan Hsiung Sheng dapat mencapai sebagian besar pangkalan di bawah Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), termasuk yang dekat Shanghai dan Provinsi Zhejiang, China.

"Ini bisa sangat meningkatkan kapasitas tentara nasional untuk menunda atau melumpuhkan laju invasi pasukan Komunis ke Taiwan, sehingga sulit bagi mereka untuk mencapai perang yang cepat," terangnya seperti melansir Reuters 22 April.

Ilustrasi militer Taiwan. (Wikimedia Commons/中華民國總統府)

Sementara, rudal permukaan-ke-udara Sky Bow III yang canggih dirancang untuk menjatuhkan rudal balistik dan jelajah, serta jet tempur.

Rencana Taiwan mendahului invasi Rusia ke Ukraina, tetapi perang telah mendorong percakapan tentang pelajaran yang dapat diterapkan Taiwan untuk melawan serangan China, termasuk bagaimana Ukraina melawan kekuatan numerik yang lebih unggul.

Salah satu sumber keamanan Barat yang berbasis di Taiwan mengatakan kepada Reuters, meskipun Taiwan mendapatkan peralatan seperti rudal anti-kapal Harpoon dari Amerika Serikat, program rudalnya sendiri akan membantu memastikan pulau itu tidak harus bergantung pada pasokan asing, seperti yang dimiliki Ukraina.

"Ini adalah strategi lindung nilai," ucap sumber itu, yang berbicara dengan syarat anonim.

Lembaga itu mengatakan, pesawat tak berawak, yang telah digunakan Ukraina untuk memberikan pengaruh besar terhadap militer Rusia, dapat menyerang situs peluncuran rudal musuh atau bertindak sebagai umpan untuk membantu menentukan radar musuh.

Empat fasilitas baru, termasuk pangkalan dan pabrik perbaikan, akan dibangun pada tahun 2025 untuk drone baru, lanjutnya.

Ilustrasi militer Taiwan. (Wikimedia Commons/總統府)

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan telah mengumumkan rencana untuk mulai memproduksi drone serang yang tidak ditentukan, dengan target produksi tahunan 48 pesawat semacam itu.

Sedikit yang telah diungkapkan tentang drone yang diproduksi di dalam negeri. Gelombang pertama drone MQ-9 Reaper buatan AS, yang dapat dipersenjatai dengan rudal dan beroperasi dalam jarak jauh, akan memasuki layanan dengan Taiwan pada tahun 2025, terang Kementerian Pertahanan bulan lalu.

Diketahui, sekitar 64 persen dari pengeluaran militer ekstra Taiwan, yang melebihi pengeluaran militer yang direncanakan sebesar 471,7 miliar dolar Taiwan untuk tahun 2022, akan dihabiskan untuk senjata anti-kapal seperti sistem rudal darat, termasuk rencana produksi massal rudal dan kapal performa tinggi senilai 148,9 miliar dolar Taiwan.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah menjadikan modernisasi militer sebagai prioritas utama, mendorong proyek-proyek pertahanan termasuk kapal perang siluman kelas baru dan kapal selam buatan sendiri.

Selain itu, Presiden Tsai telah memperjuangkan apa yang dia sebut "perang asimetris": mengembangkan senjata berteknologi tinggi, sangat mobile yang sulit dihancurkan dan dapat memberikan serangan presisi.

Taiwan yakin China memiliki ribuan rudal yang ditujukan ke wilayahnya, dan pasukan China mengerdilkan pasukan Taiwan. China juga memiliki senjata nuklir, yang tidak dimiliki Taiwan.

China tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau demokratis di bawah kendalinya.