Status Quo Kompleks Masjid Al Aqsa, Menlu Israel: Tidak Ada Perubahan, Umat Muslim Salat, Non-Muslim hanya Berkunjung
JAKARTA - Israel berkomitmen untuk mempertahankan status quo yang mencegah orang-orang Yahudi beribadah di kompleks Masjid Al Aqsa, kata Menteri Luar Negeri Yair Lapid.
Komentar Menlu Lapid selama konferensi pers pada Hari Minggu, datang setelah lebih dari seminggu kekerasan di lokasi di Yerusalem Timur yang diduduki, yang menyebabkan lebih dari 200 warga Palestina terluka oleh pasukan keamanan Israel.
"Umat Muslim salat (di sana), non-Muslim hanya berkunjung," katanya seperti melansir The National News 25 April. Situs yang disengketakan itu dianggap sebagai tempat tersuci dalam Yudaisme dan ketiga tersuci dalam Islam.
"Tidak ada perubahan, tidak akan ada perubahan, kami tidak punya rencana untuk membagi (situs) antar agama," tegas Menlu Lapid kepada wartawan.
Muslim Palestina telah marah dengan peningkatan jumlah kunjungan Yahudi ke kompleks, di mana oleh konvensi lama orang Yahudi dapat mengunjungi, tetapi tidak diperbolehkan untuk berdoa.
Ketegangan atas kunjungan tersebut telah meningkat dengan tumpang tindihnya Bulan Suci Ramadan dan perayaan Paskah Yahudi selama seminggu, yang berakhir pada Hari Sabtu.
Kekerasan di Yerusalem Timur yang diduduki memicu kekhawatiran konflik Israel-Palestina lainnya, mirip dengan perang 11 hari tahun lalu antara Israel dan kelompok militan Hamas di Jalur Gaza, yang dipicu oleh kerusuhan serupa di Al Aqsa.
Terpisah, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berbicara dengan Presiden AS Joe Biden, "memperbarui dia tentang upaya untuk menghentikan kekerasan dan hasutan di Yerusalem", kata kantornya.
Diketahui, pejabat Palestina dan militan telah berulang kali menuduh Israel berusaha untuk membagi Al Aqsa, menjadi bagian Yahudi dan Muslim atau waktu kunjungan, seperti situs suci sensitif lainnya di dekat Hebron.
Mereka telah menyuarakan kemarahan atas serangan berulang kali oleh pasukan keamanan Israel ke kompleks masjid. Namun, Menlu Lapid menyalahkan ketegangan baru di lokasi itu pada 'teroris' yang mencoba menghasut kekerasan.
"Organisasi teroris telah mencoba membajak Masjid Al Aqsa untuk menciptakan pecahnya kekerasan di Yerusalem, dari sana konflik kekerasan di seluruh negeri," paparnya.
Dia menuduh Hamas, yang menguasai Gaza, dan Jihad Islam, kelompok militan lain di daerah kantong Palestina, mengirim "ekstremis" dengan senjata dan bahan peledak untuk menggunakan kompleks Al Aqsa "sebagai pangkalan untuk menghasut kerusuhan dengan kekerasan".
"Mereka melakukan ini untuk membuat provokasi, untuk memaksa polisi Israel memasuki masjid dan mengusir mereka," tandasnya.
Baca juga:
- Helm dan Rompi Pelindung Balistik yang Dipakai Presiden Zelensky serta Pengawalnya Buatan Turki, Dipesan Secara Khusus
- Inggris Jatuhkan Sanksi Terhadap Jenderal Rusia, Termasuk Komandan yang Diduga Terlibat Pembantaian Bucha
- Ledakan Guncang Masjid Syiah di Afghanistan Utara: 11 Orang Tewas, ISIS Klaim Bertanggung Jawab
- Perintah Tegas Presiden Putin ke Menhan Shoigu: Batalkan Penyerbuan ke Pabrik Mariupol, Blokir hingga Lalat Tidak Bisa Masuk
"Satu-satunya alasan polisi memasuki masjid dalam beberapa pekan terakhir adalah untuk mengusir mereka," ungkapnya.
Israel pada Hari Sabtu mengumumkan penutupan tidak terbatas satu-satunya penyeberangan sipil dari Jalur Gaza, sebagai tanggapan atas roket yang ditembakkan dari Gaza. Perlintasan tersebut digunakan oleh sekitar 12.000 warga Palestina di Gaza yang memiliki izin untuk bekerja di Israel.