100.000 Warga Sipil Terperangkap di Mariupol, Wali Kota Sebut Kehidupan dan Kematian di Tangan Presiden Putin
JAKARTA - Nasib 100.000 warga sipil yang masih terperangkap di Kota Mariupol berada di tangan Presiden Rusia Vladimir Putin, ujar Wali Kota Vadym Boichenko mengatakan kepada Reuters pada Hari Kamis.
Dia juga mengatakan, gambar satelit dari situs kuburan massal adalah bukti bahwa Rusia mengubur mayat untuk mencoba menyembunyikannya jasad korban tewas di Mariupol.
Sebelumnya, Presiden Putin mengklaim kemenangan dalam pertempuran untuk Mariupol setelah hampir dua bulan pengepungan, menyebabkan pertempuran paling intens dalam perang dan bencana kemanusiaan terburuknya. Di bawah pemboman berat, warga yang tidak melarikan diri menderita tanpa listrik, pemanas, atau air.
"Penting untuk dipahami, kehidupan mereka yang masih ada, berada di tangan satu orang, Vladimir Putin. Dan semua kematian yang akan terjadi setelah sekarang akan ada di tangannya juga," tutur Boichenko dalam sebuah wawancara, Melansir Reuters 22 April.
Presiden Putin pada hari Kamis mengatakan pasukan Rusia telah 'membebaskan' Mariupol, yang akan menjadikannya kota terbesar yang jatuh ke tangan Rusia, sejak dimulainya apa yang disebut Moskow sebagai 'operasi militer khusus' tanpa menargetkan warga sipil.
"Tidak ada rencana untuk membebaskan kota. Itu adalah rencana penghancuran," ujar Boichenko. Dia memperkirakan bahwa 90% dari kota pelabuhan tenggara telah rusak atau hancur sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
"Hari ini di semua tingkatan, kami hanya berbicara tentang satu hal, kami membutuhkan gencatan senjata, kami membutuhkan evakuasi penuh dari 100.000 penduduk Mariupol yang merupakan tawanan pasukan Rusia dan kami perlu membebaskan semua orang yang berada di Azovstal."
Sementara pasukan Rusia sekarang menguasai sebagian besar kota, kontingen pejuang Ukraina bertahan di bunker bawah tanah kompleks baja Azovstal, bersama ratusan warga sipil dalam kondisi putus asa, menurut pihak berwenang Ukraina.
Presiden Putin telah mengatakan kepada para pejuang Ukraina untuk meletakkan senjata mereka dan menyerah atau mati.
"Para prajurit tidak mau menyerah, mereka hanya mau pergi dengan senjata di tangan mereka dan terus membela tanah air kami, Ukraina kami," tegas Boichenko, yang menjadi walikota pada tahun 2015.
Boichenko mengatakan, dia masih berharap sesuatu bisa dilakukan untuk membantu mereka yang terperangkap di kota itu, meskipun kesepakatan gencatan senjata gagal minggu ini, di mana 90 bus dimaksudkan untuk mengevakuasi sekitar 6.000 orang.
Pemerintah kota percaya bahwa puluhan ribu penduduk Mariupol telah tewas sejak dimulainya perang, sementara mengakui tantangan untuk memperkirakan jumlah korban tewas yang akurat sebagai pertempuran yang berkecamuk.
Pada Hari Kamis, tinjauan citra satelit oleh perusahaan AS Maxar Technologies menunjukkan situs kuburan massal di luar Mariupol yang telah diperluas dalam beberapa pekan terakhir untuk menampung lebih dari 200 kuburan baru.
Baca juga:
- Helm dan Rompi Pelindung Balistik yang Dipakai Presiden Zelensky serta Pengawalnya Buatan Turki, Dipesan Secara Khusus
- Inggris Jatuhkan Sanksi Terhadap Jenderal Rusia, Termasuk Komandan yang Diduga Terlibat Pembantaian Bucha
- Ledakan Guncang Masjid Syiah di Afghanistan Utara: 11 Orang Tewas, ISIS Klaim Bertanggung Jawab
- Perintah Tegas Presiden Putin ke Menhan Shoigu: Batalkan Penyerbuan ke Pabrik Mariupol, Blokir hingga Lalat Tidak Bisa Masuk
Boichenko mengatakan, foto-foto itu adalah bukti pasukan Rusia mengubur mayat untuk menyembunyikan skala korban tewas di kota itu. Rusia menyangkal apa yang dikatakan Ukraina sebagai bukti kekejaman, menyebut mereka dipentaskan.
"Itu fakta. Mereka membawa mereka dan menguburnya. Itulah yang mereka lakukan, dengan sinis menyembunyikan kejahatan perang mereka di kuburan massal ini," kritik Boichenko.
Diketahui, kesepakatan gencatan senjata telah berulang kali gagal, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan. Banyak dari mereka yang telah pergi melarikan diri dengan mobil pribadi atau berjalan kaki.