Lagi! Spyware Pegasus Makan Korban, Kali Ini Pejabat Inggris Jadi Target

JAKARTA - Spyware Pegasus milik perusahaan asal Israel, NSO Group kembali ditemukan dan menargetkan para pejabat Inggris yang bekerja di luar negeri.

Peneliti keamanan siber dari Citizen Lab yang menemukan spyware berbahaya itu, telah memperingatkan pejabat Inggris dari 10 Downing Street serta Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran bahwa titik akhir mereka menjadi sasaran spyware.

Laporan tersebut didapati terjadi pada 2020 dan 2021, kemungkinan besar pejabat Inggris itu bekerja di luar negeri, di Uni Emirat Arab (UEA). Menurut laporan, perangkat mereka terinfeksi oleh spyware Pegasus, jenis malware yang dikembangkan dan dijual oleh NSO Group.

NSO Group merupakan perusahaan teknologi yang berbasis di Israel dan terkenal menjual alat pengawasan kepada pemerintah di seluruh dunia.

Perusahaan tersebut dikritik karena Pegasus sering digunakan terhadap politisi, jurnalis, dan aktivis hak-hak sipil. Beberapa negara barat telah melarang perusahaan dari yurisdiksi mereka, dan melarang penggunaan alat mereka sama sekali.

Meski begitu, lagi-lagi NSO Group membantah semuanya, mengklaim bahwa serangan semacam itu tidak mungkin terjadi.

"Informasi yang diajukan terkait tuduhan ini, sekali lagi, salah dan tidak dapat dikaitkan dengan produk NSO karena alasan teknologi dan kontrak," ujar juru bicara NSO Group seperti dikutip dari TechRadar, Rabu, 20 April.

Perusahaan mengklaim terus menjadi sasaran sejumlah organisasi advokasi bermotif politik, seperti Citizens Labs dan Amnesty, untuk menghasilkan laporan yang tidak akurat dan tidak berdasar berdasarkan informasi yang tidak jelas dan tidak lengkap.

"Kami telah berulang kali bekerja sama dengan penyelidikan pemerintah, di mana tuduhan yang kredibel pantas," jelas juru bicara NSO Group.

Sebagai informasi, Citizen Lab menemukan temuan ini saat menyelidiki kasus mata-mata yang komprehensif dari politisi Catalan. Diduga, 65 pejabat wilayah utara Spanyol sedang dimata-matai, termasuk anggota Parlemen Eropa, Presiden Catalan, legislator, ahli hukum, dan anggota organisasi masyarakat sipil.

Para peneliti menguji sejumlah ponsel resmi, termasuk milik perdana menteri, tetapi tidak diketahui pasti apakah ada data yang dicuri.

Sebelumnya diwartakan, NSO Group juga telah masuk daftar hitam oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) tahun lalu, setelah terungkap bahwa Pegasus digunakan untuk meretas ponsel beberapa pejabat Departemen Luar Negeri AS di Uganda. NSO Group sekarang menghadapi masalah yang signifikan, termasuk tuntutan hukum dari Apple.