Mohon Bantuan Internasional, Komandan Marinir Ukraina di Mariupol: Kami hanya Memiliki Beberapa Jam, Unit Musuh Jauh Lebih Besar
JAKARTA - Seorang komandan pasukan marinir Ukraina di Kota Mariupol yang terkepung mengungkapkan, pasukannya mungkin hanya dapat bertahan beberapa jam lebih lama, saat proses evakuasi 6.000 wanita, anak-anak dan orangtua berlangsung pada Hari Rabu.
Dalam sebuah video yang diunggah ke dunia maya beberapa jam sebelumnya, Serhiy Volyna, komandan brigade marinir ke-36 Ukraina yang masih bertempur di Mariupol, mendesak masyarakat internasional untuk membantu mengevakuasi para pejuang Ukraina yang terluka dan keluarga mereka.
"Ini adalah seruan kami kepada dunia. Ini mungkin yang terakhir bagi kami. Kami mungkin hanya memiliki beberapa hari atau jam tersisa," katanya, mengenakan jaket kamuflase, seperti melansir Reuters 20 April.
"Unit musuh puluhan kali lebih besar dari kita, mereka memiliki dominasi di udara, artileri, pasukan darat, peralatan dan tank," sambungnya.
Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi video yang diposting di aplikasi perpesanan Telegram.
Diketahui, Rusia kembali mengeluarkan ultimatum agar pasukan Ukraina yang masih bertahan dan bersembunyi di Mariupol, untuk meletakkan senjata dan menyerah hari ini.
Sementara itu, Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko mendesak warga sipil untuk pergi, dengan mengatakan 90 bus sedang menunggu untuk menuju ke tempat yang tersisa dari kota yang hancur di bawah perjanjian awal dengan Rusia, yang pertama dalam beberapa minggu, untuk membangun koridor yang aman.
Walikota Boichenko, yang telah meninggalkan Mariupol, mengatakan sekitar 100.000 warga sipil tetap berada di kota di Laut Azov itu. Sementara, puluhan ribu lainnya telah tewas di sana sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Jumlahnya tidak dapat diverifikasi oleh Reuters.
"Penduduk Mariupol yang terhormat. Ukraina menunggu Anda. Kami menunggu Anda," katanya dalam imbauan kepada warga untuk melarikan diri.
Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil. Tidak ada kabar langsung dari Moskow tentang apakah koridor kemanusiaan akan didirikan di Mariupol.
Warga sipil dapat melarikan diri ke bagian lain Ukraina hanya dengan kendaraan mereka sendiri, sementara puluhan ribu telah diangkut dengan bus ke Rusia dalam apa yang disebut Moskow evakuasi kemanusiaan dan Kyiv menyebut deportasi paksa ilegal.
Baik Boichenko dan Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk menggarisbawahi, bahwa kesepakatan untuk membangun koridor kemanusiaan masuk dan keluar dari Mariupol hanyalah pengaturan awal.
Kesepakatan sebelumnya telah runtuh, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan. Upaya Komite Palang Merah Internasional untuk mengevakuasi warga sipil juga gagal.
"Mengingat situasi bencana kemanusiaan di Mariupol, di sinilah kami akan memfokuskan upaya kami hari ini. keamanan yang sangat sulit, perubahan dapat terjadi selama aksi koridor," tulis Vereshchuk di Facebook.
Baca juga:
- Presiden Putin Sebut Rusia Tidak Bisa Menutup Mata Soal Penafsiran Bebas AS dan NATO Soal Keamanan Setara
- Sudah Diperingatkan tapi Militer Sudan Tetap Lancarkan Kudeta, Amerika Serikat Tangguhkan Bantuan Rp9,9 Triliun
- Dua Pesawat Latih KT-1 Tabrakan di Udara, Empat Siswa Penerbang dan Instruktur Tewas
- Menhan Annegret Kramp-Karrenbauer Singgung Senjata Nuklir, Kementerian Pertahanan Rusia Panggil Atase Jerman
Diketahui, Mariupol, rumah bagi lebih dari 400.000 orang sebelum perang, merupakan pelabuhan penting untuk ekspor industri dan pertanian dan lokasi beberapa pabrik logam terbesar di Ukraina.
Menguasai Mariupol akan memberi Rusia kendali penuh atas pantai Laut Azov, dan jembatan darat yang aman untuk menghubungkan daratan Rusia dan wilayah separatis pro-Rusia di timur, dengan semenanjung Krimea yang direbut dan dicaplok Moskow pada 2014.