Dua Bulan Sibuk Perang, Neraca Perdagangan RI dan Rusia Ambruk Seperti Dibom

JAKARTA - Situasi perang yang dilakoni Rusia dan Ukraina ternyata berimbas terhadap perdagangan luar negeri Indonesia. Fakta tersebut diungkap oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang memberikan laporannya hari ini.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan neraca perdagangan Indonesia dan Rusia selama periode Januari hingga Maret 2022 tercatat minus 204,6 juta dolar. Angka ini terbentuk akibat lebih banyaknya nilai impor dengan 604,2 juta dolar AS dibandingkan ekspor yang sebesar 399,6 juta dolar AS.

“Padahal pada bulan Januari sampai Maret 2021, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan Rusia sebesar 42,4 juta dolar AS,” ujar dia saat menggelar konferensi pers secara daring pada Senin, 18 Maret.

Margo menambahkan, tekanan pada neraca perdagangan sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun ini. Dalam penuturannya, pada Januari 2022 terjadi defisit sebesar 10,2 juta dolar AS dengan Rusia. Kemudian dalam dua bulan selanjutnya kondisi yang sama juga terjadi dengan masing-masing defisit Februari sebesar 4,9 juta dolar AS dan defisit Maret 189,5 juta dolar AS.

Secara terperinci, Kepala BPS menjelaskan jika komoditas ekspor utama RI ke Rusia berupa lemak dan minyak nabati/hewani, karet dan barang dari karet, serta mesin dan peralatan listrik.

Sementara untuk impor, Indonesia paling banyak mendatangkan besi dan baja dari negara beruang merah. Diikuti kemudian oleh komoditas pupuk, dan bahan bakar mineral.

“Mudah-mudahan ketegangan antara Rusia dengan Ukraina semakin cepat selesai sehingga kita bisa memperbaiki neraca perdagangan ini,” tutup Margo.