Paparan BPS Soal Deretan ‘Senjata Baru’ Rusia yang Bikin Dunia Bertekuk Lutut Tanpa Peluru, Apa Saja?
JAKARTA - Situasi perang yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina dipastikan tidak hanya memberikan dampak secara politik di kawasan tetapi juga sudah menjalar ke bidang ekonomi dan sektor strategis lain.
Terbaru, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Rusia dianggap memiliki peran yang cukup sentral dalam kegiatan perekonomian global. Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan setidaknya terdapat empat faktor penting mengapa Rusia punya posisi tawar yang sangat baik dalam hal ini.
Pertama, Rusia adalah negara eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia. Dua, Rusia merupakan negara eksportir LNG ketujuh dunia. Ketiga adalah Rusia negara pengekspor batu bara terbesar nomor tiga di dunia.
“Apa yang dimiliki Rusia bisa meningkatkan risiko penurunan ekspor energi bagi negara Kaukasia dan Asia Tengah. Mereka juga bisa membuat gangguan terhadap rantai pasok gas alam di Eropa yang bisa meningkatkan tekanan fiskal dari pengeluaran tambahan untuk keamanan energi dan anggaran pertahanan,” ujarnya melalui saluran daring pada Senin, 18 April.
Margo menambahkan, faktor keempat adalah perihal Rusia yang tercatat sebagai negara eksportir gandum nomor satu di dunia.
“Wilayah Sub Sahara Afrika diperkirakan bisa terdampak harga gandum yang memprihatinkan karena merupakan wilayah yang mengimpor gandum sekitar 85 persen dari pasokan Rusia dan Ukraina,” katanya.
Baca juga:
“Selain itu, situasi ini berpotensi meningkatkan ketegangan sosial di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika Utara, mengingat negara-negara ini memiliki jaring pengaman sosial yang lemah,” sambung dia.
Lebih lanjut, BPS menilai Rusia memiliki andil dalam peningkatan harga komoditas yang tinggi di belahan bumi bagian barat.
“Ini dapat mempercepat inflasi secara signifikan untuk Amerika Latin dan Karibia, yang telah menghadapi tingkat inflasi tahunan rata-rata sebesar 8 persen di lima negara ekonomi terbesar: Brasil, Meksiko, Chili, Kolombia, dan Peru,” tegasnya.
Sementara bagi Indonesia dan banyak negara Asia Pasifik pada umumnya adalah dampak dari Rusia kemungkinan terbatas mengingat hubungan ekonomi tidak terlalu erat. Meski demikian, pertumbuhan yang lebih lambat di Eropa dan ekonomi global akan berdampak besar pada eksportir di kawasan ini.
“Efek terbesar pada neraca berjalan akan dirasakan oleh importir minyak mentah seperti ASEAN, India, dan negara wilayah perbatasan,” sebut Margo.