JAKARTA - Mohammed Abu Al-Qumsan baru saja mengambil akta kelahiran untuk bayi kembarnya yang baru lahir ketika dia mengetahui anaknya telah dibunuh, bersama istri dan ibunya, oleh tentara Israel yang menyerang bangunan di Gaza tempat mereka berlindung.
Dia melambaikan akta kelahiran yang seharusnya menandakan kegembiraan yang jarang terjadi di wilayah Palestina yang terkepung.
“Istri saya hilang, kedua bayi saya, dan ibu mertua saya. Saya diberitahu bahwa itu adalah bom tank di apartemen tempat mereka berada, di rumah tempat kami mengungsi,” kata Abu Al-Qumsan, 31, mengenang kejadian tersebut dilansir Reuters, Rabu, 14 Agustus.
Dia menggendong anak laki-laki dan perempuannya, Asser dan Ayssel, yang dibungkus dengan kain kafan putih.
Seorang pria berdoa ketika jenazah ditempatkan di bagian belakang mobil dan kerumunan orang berkumpul dan orang-orang melihat dari balkon salah satu ruang gawat darurat di Gaza, di Rumah Sakit Al-Aqsa Maryrs di Deir al-Balah di tengah-tengah rumah sakit. jalur pantai.
BACA JUGA:
Sepuluh bulan setelah perang Gaza meletus, serangan udara, peluru artileri, dan kekurangan obat-obatan, makanan, dan air bersih telah membuat salah satu tempat yang paling padat penduduknya di dunia ini bertekuk lutut.
“Hari ini, tercatat dalam sejarah bahwa tentara pendudukan menargetkan anak-anak yang baru lahir yang baru berusia empat hari, anak kembar beserta ibu dan neneknya,” kata dokter rumah sakit Khalil al-Daqran.
Israel mengatakan pihaknya berupaya keras menghindari jatuhnya korban sipil dan menuduh musuh bebuyutannya, Hamas, menggunakan perisai manusia, tuduhan yang dibantah oleh kelompok militan tersebut.
Kelompok militan Palestina yang didukung Iran memulai konflik dalam serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.