Menlu Ukraina Sebut Situasi di Mariupol Mungkin Garis Merah dalam Perundingan Damai
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan belum ada komunikasi diplomatik baru-baru ini antara Rusia dan Ukraina di tingkat kementerian luar negeri, dengan situasi di pelabuhan Mariupol, yang ia gambarkan sebagai 'mengerikan', mungkin menjadi 'garis merah' dalam jalur negosiasi.
"Mariupol mungkin garis merah", katanya kepada CBS News dalam sebuah wawancara pada Hari Minggu, dikutip dari Reuters 18 April.
Tentara Ukraina menolak ultimatum Rusia untuk meletakkan senjata pada Hari Minggu di kota pelabuhan Mariupol yang hancur, yang menurut Moskow hampir sepenuhnya direbut pasukannya dalam apa yang akan menjadi hadiah terbesarnya dari perang yang hampir dua bulan itu.
"Kami tidak benar-benar memiliki kontak dengan diplomat Rusia dalam beberapa pekan terakhir di tingkat kementerian luar negeri," ungkap Kuleba dalam wawancara tersebut.
"Satu-satunya tingkat kontak adalah tim perunding yang terdiri dari perwakilan berbagai lembaga dan anggota parlemen. Mereka melanjutkan konsultasi di tingkat ahli, tetapi tidak ada pembicaraan tingkat tinggi," paparnya
Menteri Luar Negeri Kuleba mengatakan, dia memperkirakan intensifikasi pertempuran sengit di Ukraina timur dalam beberapa minggu mendatang.
Ketika ditanya tentang prospek kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Ukraina, ia mengatakan Ukraina akan dengan senang hati menyambutnya, menilai kunjungan tersebut akan mengirimkan pesan dukungan.
Terpisah, Gedung Putih, bagaimanapun, mengatakan awal pekan ini tidak ada rencana bagi Biden untuk mengunjungi negara yang diinvasi Rusia pada akhir Februari.
"Kami tidak mengirim presiden ke Ukraina," terang juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, Jumat lalu.
Diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan pasukan di Mariupol masih bertempur meskipun ada permintaan Rusia untuk menyerah sebelum fajar.
"Kota ini masih belum jatuh. Jadi, tidak ada kendali penuh atas Mariupol oleh pasukan Rusia," kata Shmyhal kepada program 'This Week' ABC, menambahkan bahwa tentara Ukraina terus menguasai beberapa bagian kota.
Baca juga:
- Puluhan Artileri dan Roket Rusia Hantam Pemukiman di Kharkiv: Tewaskan Warga Sipil, Anak-anak Kritis
- Presiden Polandia dan Negara Baltik Kunjung Kyiv: Masa Depan Ukraina Ditentukan di Medan Perang, Presiden Putin Harus Kalah
- Rusia Tingkatkan Serangan di Selatan dan Timur: AS Kirim Bantuan Militer Rp11.4 Triliun, Termasuk Artileri Berat
- Helikopter Militer Mali Hujani Pasukan PBB Asal Inggris dengan Enam Roket, Dipiloti Tentara Rusia?
Sebelumnya, Rusia mengatakan pada Hari Sabtu mereka menguasai bagian perkotaan Mariupol, dengan beberapa pejuang Ukraina yang tersisa di pabrik baja Azovstal yang menghadap ke Laut Azov.
Pabrik baja Azovstal, salah satu pabrik metalurgi terbesar di Eropa dengan labirin rel kereta api dan tanur sembur, telah menjadi tempat terakhir bagi para pembela yang kalah jumlah.
"Semua yang meletakkan senjata dijamin nyawanya akan selamat," kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Diketahui, merebut Mariupol, pelabuhan utama di wilayah tenggara Donbas, akan menjadi hadiah strategis bagi Rusia, menghubungkan wilayah yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia di timur dengan wilayah Krimea yang dicaplok Moskow pada 2014.