Penjualan Mobil di Inggris Lesu di September, Berpotensi Kehilangan Pendapatan Rp401,10 Triliun di Akhir Tahun

JAKARTA - Penjualan mobil di Inggris pada bulan September masih lesu, selesu raut wajah Mohamed Salah yang meski sudah mencetak dua gol namun Liverpool tetap terbantai dengan skor 7-2 dari Aston Villa. Penjualan roda empat di Inggris turun turun berturut-turut sejak bulan Agustus menyusul melemahnya permintaan.

Mengutip Bloomberg, Senin 5 Oktober, data awal dari Society of Motor Manufacturers and Trades (SMMT) mencatat penjualan mobil masih turun 4 persen pada September, menyusul penurunan penurunan 5,8 persen pada Agustus.

Masih berlanjutnya penurunan ini, seakan menandakan bahwa ekonomi Negeri Ratu Elizabeth belum pulih, sehingga lesunya permintaan akibat tekanan dari pandemi COVID-19. Padahal bulan September seharusnya adalah bulan penting bagi peritel mobil di Inggris, karena pergantian tahun pelat nomor kendaraan menjelang akhir tahun biasanya memacu pembelian.

Bahkan penurunan di bulan September tahun ini merupakan yang terlemah dibandingkan data bulan September dalam 20 tahun terakhir, sejak sistem dua pelat diperkenalkan.

Adapun pendaftaran mobil baru di bulan Juli menghasilkan keuntungan penjualan bulanan pertama tahun ini karena showroom mobil kembali dibuka setelah lockdown yang berlangsung selama berbulan-bulan.

Meskipun dorongan di bulan Juli tersebut memberikan sedikit harapan terhadap industri otomotif, yang telah menghadapi pemangkasan tenaga kerja dan kapasitas produksi untuk menghadapi pandemi, data bulan September terbaru menunjukkan bahwa sentimen positif tersebut hanya bersifat terbatas.

Persentase penurunan bulan September dibatasi oleh penjualan yang lesu pada bulan yang saham tahun sebelumnya, dengan penurunan mencapai 16 persen jika dibandingkan dengan rata-rata 10 tahun.

Data SMMT juga menyebutkan, industri otomotif di Inggris dihadapkan dengan hilangnya potensi pendapatan senilai lebih dari 21 miliar poundsterling (Rp401,10 triliun) pada akhir tahun 2020 ini.