Pakar: Vaksin COVID-19 Belum Direkomendasikan Diuji terhadap Varian XE
JAKARTA - Pakar yang juga mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio mengemukakan saat ini belum ada rekomendasi pengujian efikasi vaksin COVID-19 ke varian terbaru XE dari virus penyebab COVID-19 SARS-CoV-2.
"Varian XE belum menyebar luas, sehingga belum ada rekomendasi pengujian efikasi vaksin secara khusus," kata Amin yang juga Guru Besar Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dilansir Antara, Kamis, 7 April.
Menurut dia jika ternyata kemampuan menular dari varian XE seperti Omicron, maka kemungkinan semua vaksin perlu diuji
Dia mengatakan masih perlu menunggu hasil penelitian lebih lanjut terkait karakteristik XE dan potensi penularannya.
"Saat ini, penelitian masih berlanjut untuk mengenal lebih mengenai varian XE," kata Amin Soebandrio.
Dihubungi terpisah, Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ni Luh P Indi Dharmayanti mengatakan vaksin Merah Putih BRIN dikembangkan dalam beberapa platform dan masih berproses.
Untuk mengetahui efikasi vaksin Merah Putih tersebut terhadap varian baru XE, kata dia, harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Di BRIN, terdapat tiga platform riset dan pengembangan bibit vaksin Merah Putih untuk COVID-19, yang terdiri dari satu riset di Pusat Riset Rekayasa Genetika, dan dua riset di Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) BRIN, dengan progres yang berbeda-beda.
Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN sedang melakukan riset untuk pengembangan bibit vaksin berbasis protein rekombinan dengan menggunakan sel mamalia. Uji in vitro sudah dilakukan, dan kemudian akan segera berlanjut ke uji in vivo.
Sementara PRBME mengembangkan bibit vaksin yang berbasis protein rekombinan dengan menggunakan yeast atau sel ragi. Dari kegiatan riset tersebut, bibit vaksin sudah dihasilkan dan diserahkan ke mitra industri PT Bio Farma untuk dikembangkan lebih lanjut.
Baca juga:
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan perkiraan awal menunjukkan bahwa varian XE 10 persen lebih menular daripada BA.2 (Omicron). Namun, temuan tersebut memerlukan konfirmasi lebih lanjut.
Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris, varian XE adalah "rekombinan" yang merupakan mutasi dari strain BA.1 dan BA.2 Omicron. Mutasi rekombinan muncul ketika seorang pasien terinfeksi oleh beberapa varian dari virus penyebab COVID-19.
Pada 4 April 2022, Thailand melaporkan kasus pertama varian XE. Varian itu pertama kali terdeteksi pada 19 Januari 2022 dan sudah banyak ditemukan di Inggris.