Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut, varian baru COVID-19 dengan nama XE yang baru-baru ini muncul di sejumlah negara lebih menular dari varian sebelumnya.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa Omicron XE merupakan turunan dari varian Omicron. XE diketahui merupakan gabungan atau rekombinan dari dua varian Omicron yang sudah ada sebelumnya, yaitu BA.1 dan BA.2.

"Berdasarkan data awal didapati bahwa kemampuan penularan Omicron XE sekitar 10 persen lebih tinggi dari omicron BA.2," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Selasa, 5 April.

Meski demikian, WHO telah menekankan perlunya penelitian lebih lanjut terkait temuan awal varian XE.

Varian ini ditemukan pertama kali di Inggris pada tanggal 19 Januari 2022. Saat ini, Omicron XE sudah ditemukan di negara tetangga, yakni Thailand.

Orang yang terinfeksi Omicron XE secara umum tak memiliki gejala yang parah. Secara umum, gejala yang dirasakan saat terpapar varian ini adalah rasa lelah, pusing, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan demam.

Wiku menegaskan bahwa Omicron XE belum ditemukan di Indonesia sampai saat ini. Namun, pemerintah mewaspadai potensi masuknya varian ini seiring dengan pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat.

"Untuk itu, pemerintah selalu memantau dan menggunakan data terkini dengan tetap mengendepankan prinsip kehati-hatian dalam berbagai penyesuaian kebijakan," ujar Wiku.

Meski demikian, Wiku meminta masyarakat untuk tidak perlu takut secara berlebihan. Mengingat, rekombinasi virus bukan merupakan hal baru dan sudah banyak terjadi, termasuk pada virus selain COVID-19.

"Terlebih lagi, ketakutan yang berlebihan pun akan berpengaruh pada imunitas tubuh menghadapi berbagai ancaman penularan penyakit di sekitar kita," imbuhnya.