Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan tren kenaikan kasus COVID-19 akibat varian Omicron terjadi di Tanah Air. Hanya saja, dia meminta masyarakat tidak perlu bereaksi berlebihan tapi juga tetap harus waspada.

"Saat ini kita sedang mengalami tren kenaikan kasus COVID yang disebabkan karena varian Omicron. Oleh sebab itu, kita semua harus mewaspadai tren ini namun tidak perlu bereaksi berlebihan," kata Jokowi dalam keterangan video yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 18 Januari.

Tak hanya itu, Jokowi juga meminta jangan ada pihak-pihak yang menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Apalagi, berbagai studi terkait COVID-19 varian Omicron menyebut varian ini bergejala ringan meski penularannya lebih mudah.

"Hati-hati perlu, waspada perlu tapi jangan menimbulkan ketakutan dan jangan menimbulkan kepanikan. Berbagai studi termasuk laporan WHO menyebutkan varian Omicron memang lebih mudah menular namun gejala lebih ringan," tegas dia

"Pasien yang tertular varian ini umumnya pulih tanpa harus dirawat di rumah sakit. Tapi sekali lagi, kita harus waspada, jangan jemawa, dan jangan gegabah," imbuh Jokowi.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan menyampaikan kasus infeksi virus corona tipe SARS-CoV-2 varian B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia bertambah menjadi 840 kasus.

"Sejak Omicron terdeteksi pada 15 Desember 2021 sampai 17 Januari 2022 sudah ada 840 kasus positif Omicron," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dikutip Antara, Selasa, 18 Januari.

Nadia mengatakan, 609 kasus infeksi Omicron terjadi pada pelaku perjalanan dari luar negeri dan selain itu ada 174 kasus transmisi lokal Omicron dan 57 kasus penularan Omicron lain yang masih diteliti sumber penularannya.

Kasus infeksi Omicron paling banyak terjadi pada pelaku perjalanan dari Arab Saudi (112 kasus) diikuti oleh pelaku perjalanan dari Turki (106 kasus), Amerika Serikat (62 kasus), Malaysia (49 kasus), dan Uni Emirat Arab (45 kasus).

Nadia juga menjelaskan dari 840 orang yang terinfeksi Omicron sebanyak 79,1 persen sudah mendapat suntikan dua dosis vaksin COVID-19; 4,2 persen sudah mendapat vaksinasi dosis pertama, tujuh persen belum menjalani vaksinasi, dan 9,7 persen belum diketahui status vaksinasinya.

"Tentunya menjadi kewaspadaan kita bahwa orang yang sudah divaksin saja masih bisa terkena Omicron, apalagi yang belum divaksin. Kita melihat orang yang sudah divaksin tertular Omicron gejalanya lebih ringan," tutur Nadia.