JAKARTA - Satgas COVID-19 menganalisa kenapa angka kasus COVID-19 mulai merangkak naik belakangan ini. Penyebabnya, perubahan varian virus yang dibarengi pelonggaran kepatuhan pada protokol kesehatan.
"Setiap ada perubahan varian, mengakibatkan kejadian kenaikan kasus yang dibarengi faktor lain seperti pelonggaran protokol kesehatan di masyarakat, individu, keluarga, dan komunitas," kata Kasubbid Dukungan Kesehatan Bidang Darurat Satgas COVID-19 Alexander K Ginting, Kamis 16 Juni dikutip dari Antara.
"Pola itu ketahui berdasarkan riwayat pandemi yang terjadi di Tanah Air dalam dua tahun terakhir," kata Alexander.
Pada Januari hingga Maret 2021, Indonesia berada di fase darurat yang ditandai angka kasus aktif meningkat 100 ribu hingga 175 ribu.
Pada Mei, Juni dan Juli 2021, kata Alexander, kasus aktif mencapai 550 ribu kasus. "Pada puncak di bulan Juli, ada varian baru Delta. Kalau Januari original strain Wuhan," katanya.
Melalui penanggulangan yang komprehensif dan imunitas dari vaksin, Indonesia masuk fase pengendalian pandemi sekitar September, Oktober, November 2021. Tapi pada 16 Desember 2021, Indonesia kembali alami kenaikan kasus yang memuncak di Februari-Maret 2022 dan bersamaan dengan kemunculan Omicron dan subvarian BA.1 dan BA.2, BA.3.
"Baru pada April 2022, kita alami pelandaian karena penularan yang bisa ditanggulangi, tapi juga karena imunitas tubuh yang sudah terbangun. Vaksinasi dosis lengkap sudah 80 persen dan sudah tercapai 54 juta orang di-booster (dosis penguat)," katanya.
Pada acara yang sama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan lima provinsi di Indonesia mengalami kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi sejak 10 Juni 2022 hingga saat ini.
"Kenaikan kasus COVID-19 terjadi sejak 10 Juni 2022, ada 627 kasus. Tiga hari kemudian sempat turun, dan sekarang naik lagi ke 1.242 kasus," katanya.
BACA JUGA:
Syahril mengatakan lima provinsi dengan angka kasus tertinggi secara nasional di antaranya Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur RSPI Sulianti Saroso menyebut penyebab utama kenaikan kasus adalah kemunculan varian baru COVID-19 yang menjadi bagian dari dinamika pandemi.
Kenaikan kasus yang mungkin terjadi saat ini, kata Syahril, dipengaruhi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. "Kita tetap kendalikan, jangan sampai seperti kejadian lalu karena Delta dan Omicron," katanya.