Anggota DPR: Biasanya Pengirim Awal Hoaks Tidak Diketahui Identitasnya
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi mengajak masyarakat menyaring lebih ketat hoaks atau berita bohong yang banyak beredar di media sosial atau platform komunikasi digital.
Hal itu dikatakan Bobby saat menjadi narasumber dalam webinar ngobrol bareng legislator bertajuk "Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Melawan Hoaks."
"Kami mengajak rekan-rekan sekalian untuk menjadi netizen pejuang bersama melawan hoaks," kata Bobby di Jakarta, Senin 4 April.
Untuk menjadi pejuang dalam melawan hoaks, Bobby mengatakan masyarakat sudah sepatutnya memahami ciri-ciri, jenis, dan langkah mengecek suatu berita bohong.
Dalam webinar yang diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI dan Komisi I DPR RI itu, dia memaparkan empat ciri hoaks.
Pertama, Bobby menyampaikan bahwa hoaks cenderung didistribusikan via surat elektronik (e-mail) karena dipercaya oleh penyebarnya akan memberikan efek berupa respons yang lebih besar dari masyarakat.
Kedua, ujar dia melanjutkan, hoaks berisi pesan yang membuat para pembacanya menjadi cemas dan panik. Ketiga, hoaks diakhiri dengan imbauan agar pembaca menyebarkan informasi bohong tersebut ke forum yang lebih luas.
"Yang terakhir, biasanya pengirim awal hoaks ini tidak diketahui identitasnya," kata Bobby.
Lalu, dia pun memaparkan jenis-jenis hoaks. Menurutnya, hoaks terdiri atas beragam jenis, mulai dari berita palsu (fake news), tautan jebakan atau umpan klik (clickbait), bias konfirmasi, informasi yang salah atau misinformasi, berita satir, berita pasca-kebenaran, dan propaganda.
Baca juga:
- Ketika Wacana Tiga Periode Jadi Boomerang Terhadap Jokowi, Penilaian Masyarakat Memburuk
- Tawuran Terjadi di Padang di Hari Pertama Puasa Ramadan 2022
- Kemenag Jelang Ramadan: Kapasitas Tempat Ibadah PPKM Level 1 Bisa 100 Persen, Level 2: 75 Persen, Level 3: 50 Persen
- Bantargebang Kritis, DPRD DKI Minta Anies Baswedan Genjot Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah 3R
Adapun tiga langkah yang dapat ditempuh untuk mengecek kebenaran dari berita yang diterima masyarakat adalah pertama, jika hoaks disertai dengan gambar, mereka bisa mengunggah gambar tersebut di kolom pencarian Google.
Dengan demikian, kata Bobby, dapat diketahui asal usul gambar tersebut sehingga kebenaran berita pun dapat ditemukan. Kedua, apabila hoaks disertai dengan alamat web, masyarakat perlu mengidentifikasi pemilik situs tersebut di halaman tentang kami (about us).
Lalu yang terakhir, jika masyarakat menerima berita dari WhatsApp, Bobby mengatakan bahwa mereka perlu menanyakan kepada pengirim dari mana asal berita tersebut. "Kalau jawabannya dari teman atau grup sebelah, waspadalah itu hoaks," tandasnya.