Dahsyat! Sejak 2020-2021, PLN Percepat Pelunasan Utang Rp51 Triliun
JAKARTA - PT PLN (Persero) mengklaim berhasil mempercepat pelunasan utang Rp51 triliun sepanjang periode 2020-2021. Pelunasan utang tersebut dilakukan pada tahun 2020 sebesar Rp30,8 triliun dan pada 2021 sebesar Rp21,7 triliun.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, upaya yang dilakukan perseroan untuk memangkas jumlah tersebut adalah dengan menaikkan permintaan atau demand hingga pengelolaan pendapatan.
"Kami bangga umumkan PLN upaya pelunasan utang dipercepat Rp30,8 triliun pada 2020 dan 2021 senilai Rp21,7 triliun. Dengan upaya baik itu, menaikkan demand bagaimana mengelola revenue dan kurangi cost kami," ujar Darmawan dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Senin 28 Maret.
Dengan pengurangan utang sebesar Rp51 triliun tersebut, Darmawan mengaku berdampak pada penurunan beban keuangan PLN. Selain itu, juga berpengaruh pada Biaya Pokok Penyediaan listrik (BPP) yang turun hingga Rp5 triliun pada tahun lalu.
Baca juga:
- Terangi Wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal, PLN Luncurkan Energi Terbarukan SuperSUN Menyala 24 Jam Tanpa Blackout
- PLN Tambah 2 Pembangkit EBT di Lampung untuk Dongkrak Bauran Energi Bersih
- PLN Siap Salurkan Listrik EBT 800 Ribu MWh kepada 6 Pelanggan Besar seperti H&M, GoTo, Toyota, hingga Istana Kepresidenan Bogor
Selain itu, realisasi penjualan listrik PLN tercatat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Ia merinci, pada 2020 tercatat realisasi penjualan listrik mencapai 243 terawatt hour (TWh) dari perkiraan semula berkisar 238-239 TWh.
Sementara itu realisasi penjualan listrik pada 2021 tercatat sebesar 257 TWh dari perkiraan sebelumnya hanya mencapai 249 TWh.
Setiap tahunnya, lanjut Darmawan, perusahaan terus berupaya untuk menekan utang dan melakukan pelunasan. Pada tahun ini, PLN akan kembali membayar utang sebesar 1,5 miliar dolar AS
Dengan kondisi ini, kata Darmawan ruang fiskal PLN juga membaik. Darmawan menjelaskan saat ini total aset PLN mencapai Rp1.700 triliun dengan pendapatan operasional sebesar Rp300 triliun per tahun.