JAKARTA - PT PLN (Persero) menghadirkan inovasi Sorong Ultimate for Electrifying - Surya Untuk Negeri (SuperSUN) untuk melistriki desa di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
SuperSun menjadi solusi atas tantangan geografis lokasi pedesaan di kawasan 3T yang masih ada 346 desa gelap gulita dan 4.061 desa pra-elektrifikasi.
"Dengan semangat G20, kami berharap semakin banyak inisiasi pemuda tangguh mendukung transisi energi bersih Indonesia, tidak hanya pada level nasional tapi global," ujar Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dalam keterangan yang diterima VOI, Senin, 28 Maret.
Arifin mengapresiasi PLN dalam mendukung generasi muda terlibat aktif dalam pengembangan EBT melalui Inovasi SuperSUN PLN.
"Saya menyampaikan apresiasi setinggi tingginya kepada PLN atas dukungannya terhadap anak muda," tambah Arifin.
Executive Vice President Technology & Engineering PLN, Zainal Arifin mengatakan, SuperSUN merupakan program untuk melistriki wilayah 3T yang tak lagi harus bergantung pada BBM.
Melalui program SuperSUN, PLN mampu melistriki wilayah 3T dengan energi EBT yang lebih murah dan bisa langsung dipasang tanpa investasi yang besar.
Terobosan insan PLN di Sorong bermula dari kondisi Kampung Yarweser, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, yang gelap gulita dan tertinggal karena tidak adanya penerangan pada malam hari. Sebagian rumah memiliki genset pribadi dan mengeluarkan biaya Rp50 ribu sampai dengan Rp100 ribu untuk penerangan selama 6-12 jam saja.
"Karyawan milenial PLN UP3 Sorong, UIW Papua dan Papua Barat melakukan riset dan percobaan sehingga menghasilkan suatu inovasi, yaitu melistriki kampung-kampung yang jauh dari pusat pembangkit atau di daerah 3T," ujar Zainal.
SuperSUN seperti genset yang menggunakan bahan bakar energi matahari. Karena itu, tidak ada emisi dari gas hasil pembakaran yang dikeluarkan SuperSun. Alat ini dapat dioperasikan secara hybrid dari energi terbarukan dan menyala 24 jam serta anti blackout.
Inovasi ini dilengkapi dengan storage baterai lithium, alat ini juga bisa digunakan untuk mengisi daya motor listrik dan memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga seperti kompor induksi atau alat elektronik lain.
Zainal menceritakan, implementasi SuperSUN cukup sederhana dan sudah tersambung dengan gawai pelanggan sehingga dimonitoring secara online dan realtime mulai dari jaringan 2G (EDGE).
"SuperSUN juga tidak membutuhkan operator dan lahan yang luas, biaya pengoperasiannya dan pemeliharaan juga lebih rendah," ungkap dia.
BACA JUGA:
Pada tahap implementasi purwarupa, tepatnya 9 Maret 2021, hasil uji perangkat prototipe SuperSUN menunjukkan performa yang sangat baik di Kampung Yarweser yang menggunakan kWh meter prabayar daya 900 VA.
Kemudian, perangkat tersebut digunakan untuk pemasangan 30 calon pelanggan dengan daya terpasang 900 watt sampai dengan 2.000 watt dan membutuhkan biaya investasi sekitar Rp 370 juta.
Menurut Zainal, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tabung listrik dan stasiun pengisian energi listrik (SPEL), PLTS Komunal, PLTMH, PLTBayu dan PLTD.
"Implementasi ke depannya akan melibatkan mahasiswa dan anak muda setempat untuk mempelajari pemasangan perangkat micro PLTS dan micro storage untuk 100 kepala keluarga," katanya.
Zainal menambahkan, kehadiran SuperSUN terbukti memberikan banyak manfaat dan mendukung program transisi energi yang dijalankan pemerintah demi mencapai net zero emission pada 2060. PLN bakal menerapkan inovasi SuperSUN di sejumlah wilayah secara masif karena sangat mudah dan cepat diimplementasikan.